Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDI Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam sempat bergumam selama empat detik ketika ditanyai seberapa dekat ia dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. "Hmm.... Kira-kira pertanyaan itu pantas saya jawab atau tidak?" ia balik bertanya kepada Tempo melalui telepon WhatsApp, akhir Agustus lalu.
Isam kembali bertanya dengan menganalogikan hubungan suami-istri. “Saya tanya ke sampean, seberapa dekat dengan istri? Bisa jawab, tidak?” ujarnya. Menurut Isam, hubungan antara ia dan Amran adalah hubungan pribadi. Pertemanan tersebut, kata dia, tidak ada hubungannya dengan posisi Amran sebagai pejabat publik. “Tidak mengganggu kinerja beliau.”
Menteri Amran lebih terbuka soal perkenalannya dengan Isam. Meski sama-sama dari Bone, Sulawesi Selatan, Amran mengaku baru mengenal pengusaha 42 tahun pemilik Jhonlin Group itu ketika ia membuka investasi gula putih pada 2017.
Menurut mantan Kepala Desa Mappesangka, desa kelahiran Isam, Andi Rasdi Sumange, Amran dan Isam masih terhitung saudara. “Mereka sepupu” ucapnya. Ketika dimintai konfirmasi soal kekeluargaan itu, Isam tak menjawab tegas. “Sama-sama cucu Nabi Adam,” katanya. Sedangkan Amran tak menjawab ketika ditanyai soal pertalian famili ini.
Isam salah satu pengusaha yang mendaftarkan perusahaannya ke dalam catatan 300 calon investor peminat ladang tebu. “Semua pengusaha yang punya uang, yang mau investasi, aku undang, seperti Sampoerna dan Djarum. Jangan berpikir cuma pengusaha tertentu,” ucap Amran.
Pada 2017, produksi gula putih hanya 2,1 juta ton. Amran menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2020, yang kemudian direvisi menjadi 2024. “Kata kuncinya, mereka punya uang dan serius atau tidak. Kalau tidak ada di dalam negeri, saya ambil asing, seperti sapi dari Brasil,” ujar Amran.
Dari 300 perusahaan yang diundang dan mengajukan proposal, dengan syarat punya uang, Menteri Amran dan timnya menyeleksi menjadi 28 perusahaan. Jumlah itu diseleksi lagi menjadi 10 perusahaan. Nama Jhonlin Group terus bertengger karena, kata Amran, Isam termasuk pengusaha yang serius menyediakan modal usaha.
Kendati Isam belum punya pengalaman menggarap kebun tebu, karena selama ini terkenal sebagai pengusaha batu bara dan ekspedisi, PT Jhonlin Batu Mandiri mendapat konsesi 20 ribu hektare di hutan produksi Bombana, Sulawesi Tenggara. “Jadi aku kenal dia setahun setelah undangan itu,” ucap Amran.
Pada November 2017, sebulan setelah Jhonlin mendapat konsesi tebu, Amran terlihat berada di pesta rakyat di Desa Mappesangka, Bone. Puluhan artis kondang, seperti Elvi Sukaesih dan Ikke Nurjanah, memeriahkan acara itu. Amran tercatat menyumbang Rp 100 juta untuk pengurus Masjid Hikmah Bakunge, Mappesangka. Adapun Haji Isam menyumbang Rp 500 juta.
Sebulan sebelumnya, Menteri Amran terlihat menumpang pesawat pribadi Isam ketika berkunjung ke Pulau Aru, Maluku. Dari foto-foto yang diperoleh Tempo, Amran bersama Haji Isam, Bupati Kepulauan Aru Johan Gonga, dan pejabat setempat tampak naik helikopter pribadi itu ke Aru Selatan. Di Aru, Isam hendak membuka peternakan sapi, meski kemudian ditolak masyarakat.
Amran tak memungkiri ia menumpang heli pribadi Isam. “Waktu itu dia mau mengembangkan sapi, tapi sepertinya tidak jadi,” katanya. Amran tak merasa ada konflik kepentingan sebagai pejabat publik yang mendapat fasilitas dari pengusaha yang menggarap bisnis di bawah kementeriannya. “Kalau tidak ada akses ke sana, sedangkan dia punya, ya sudah, ikut saja,” ujarnya. “Tapi jangan anggap aku minta sesuatu.”
Pesawat pribadi Isam itu kondang karena fotonya acap diunggah ke media sosial oleh artis yang menaikinya. Penyanyi Yuni Shara atau Syahrini, misalnya, pernah mengunggah foto mereka naik helikopter Haji Isam ke akun media sosial masing-masing pada September 2015. Pedakwah kontroversial asal India, Zakir Naik, juga pernah menaikinya ketika bersafari ceramah di Indonesia pada 2017.
Haji Isam mengatakan berinvestasi membuka ladang tebu dan pabrik gula di Bombana karena ingin membantu pemerintah, bukan karena perkawanannya atau pertalian keluarga dengan Menteri Amran. “Kalau sudah tidak mampu lagi, ya, tinggal ditutup saja,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dua Andi Satu Heli"