Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudirman Nasir*
SEJAK awal Januari 2020, pembicaraan sehari-hari di rumah, tempat kerja, dan lingkungan sekitar kita, percakapan di media sosial, serta liputan media massa banyak diwarnai kata wabah ataupun kata lain yang terkait, seperti epidemi dan pandemi. Tentu saja hal ini dipicu penyebaran luas virus corona baru (SARS-CoV-2) yang mengakibatkan Covid-19, penyakit infeksi dengan gejala gangguan akut dan parah di saluran pernapasan, seperti batuk, bahkan kesulitan bernapas. Virus corona baru, kuman yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan, Cina bagian tengah, telah menyebar ke puluhan negara di dunia dan Covid-19 sudah menelan banyak korban jiwa, menimbulkan kepanikan sosial, serta mengakibatkan kerugian ekonomi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata wabah sebagai “penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas”. KBBI memberikan arti yang sama untuk epidemi dengan sedikit penambahan, yakni “menimbulkan korban yang besar”. Kata wabah dan epidemi memang sering digunakan secara bergantian dan merujuk pada sesuatu yang sama, meskipun sebenarnya terdapat beberapa nuansa di antara kedua kata tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu cara yang dapat kita pakai untuk memahami perbedaan antara wabah dan epidemi adalah dengan melihat padanan kata wabah dalam bahasa Inggris, yaitu outbreak. Penggunaan kata outbreak memiliki sejumlah persamaan dengan kata wabah meskipun terdapat pula beberapa perbedaan. Cambridge English Dictionary memaknai kata outbreak sebagai “a time when something suddenly begins, especially a disease or something else dangerous or unpleasant”. Kedua kata dalam dua bahasa yang berbeda merujuk pada sesuatu yang berbahaya yang menjalar luas secara tiba-tiba. Kedua kata juga merujuk kuat pada bahaya atau ancaman penyebaran kuman dan penyakit. Namun, sementara kata wabah hampir sepenuhnya eksklusif merujuk pada penyebaran kuman dan penyakit, kata outbreak lebih berwarna karena dapat pula digunakan untuk bahaya lain (bukan hanya kuman dan penyakit), seperti kerusuhan, perang, dan cuaca buruk.
Meskipun wabah dan outbreak sering dipakai bergantian dengan kata epidemi, sebenarnya terdapat sedikit perbedaan, khususnya dalam hal luas wilayah yang terkena dampak dan jumlah korban. Konsep epidemi merujuk pada sesuatu yang melebihi hal yang biasanya terjadi atau berkonotasi lebih parah daripada biasanya. Jadi kata epidemi dalam masalah penyebaran virus corona baru saat ini lebih tepat digunakan.
Luasnya wilayah yang terkena dampak dan jumlah korban yang besar itulah antara lain yang membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyebaran virus corona baru sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat berskala internasional (public health emergency of international concern atau PHEIC) pada 30 Januari lalu. Penetapan status PHEIC menunjukkan pula perlunya kerja sama global yang lebih kuat untuk menghadapi masalah ini.
Selain wabah dan epidemi, kata pandemi acap digunakan di berbagai liputan tentang virus corona baru. Konsep pandemi memang memuat pengertian yang sama dengan kata wabah dan epidemi, tapi juga memiliki keunikan tersendiri. Pandemi menunjukkan luas wilayah yang terkena dampak dan potensi jumlah korban yang lebih besar lagi. Pandemi terjadi bila kuman atau penyakit menyebar di wilayah yang lebih luas, dalam skala benua atau bahkan di seluruh dunia. WHO pun telah menetapkan penyebaran virus corona baru ini sebagai pandemi pada 11 Maret lalu.
Rumitnya masalah penyebaran penyakit memicu lahirnya sebuah cabang ilmu kesehatan, yaitu epidemiologi, yang berfokus pada upaya memahami aneka faktor yang mempengaruhi pola penyebaran kuman atau penyakit. Dampak sampingan penyebaran virus corona baru saat ini memicu pula banyaknya informasi menyesatkan (hoaks) sehingga muncul kata baru, yakni infodemic (mewabahnya informasi yang salah dan berbahaya).
Masalah kesehatan memang sering merangsang lahirnya kata-kata baru atau diadaptasinya kata-kata asing, seperti epidemi dan pandemi, ke dalam sebuah bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
*) PENGAJAR/PENELITI DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN, WAKIL KETUA AKADEMI ILMUWAN MUDA INDONESIA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo