Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kata ajal dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna.
Maknanya sebatas kematian makhluk hidup individual.
Kata fitnah bahkan berbeda jauh dari makna asal kata itu dalam bahasa Arab.
BEGITU ada orang meninggal, kata ajal mengemuka. Orang-orang secara refleks menggunakan kata itu sebagai sinonim dari mati atau kematian seseorang. Contohnya adalah saat artis Marissa Haque wafat pada 2 Oktober 2024 dan sebuah media daring menulis berita dengan judul “Ajal Marissa Haque di Kamar Tidur hingga Keinginan Terakhir Diwujudkan Anak”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski terasa agak janggal, penggunaan kata ajal di awal judul berita itu tetap berterima di tengah masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Keempat juga mengartikan ajal sebagai kematian, yakni “batas hidup yang telah ditentukan Tuhan, saat mati, janji akan mati”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajar jika selama ini dalam persepsi masyarakat, khususnya umat Islam, muncul penyamaan pengertian antara ajal dan kosakata dari bahasa Arab lain, yakni maut atau kematian. Selama ini kedua kata itu dianggap bersinonim. Maknanya saling terkait dan lebih banyak dihubungkan dengan makhluk hidup yang berkonotasi individu. Kita sering pula mendapati pernyataan “Orang yang kecelakaan itu akhirnya menemui ajalnya”. Contoh lain adalah “Hewan kurban yang disembelih sedang sekarat menjemput ajalnya”.
Ajal diserap dari kata bahasa Arab أجـل (berbentuk nakirah) atau الأجـل (berbentuk ma'rifah). Lafal ajal atau al-ajal dengan segala varian perubahannya banyak termaktub di dalam Al-Quran. Kurang-lebih 55 kali dalam bentuk dan konteks yang berbeda-beda.
Ketika diserap dari bahasa Arab, ajal mengalami penyempitan makna. Dalam bahasa Arab, ajal punya makna lebih luas, tidak melulu mengenai kematian individu. Kata itu digunakan untuk menggambarkan suatu umat, kaum, atau bangsa yang sedang menghadapi keruntuhan dan/atau kehancuran. Al-Quran menyebutnya dalam kaitan dengan eksistensi suatu umat (kaum atau bangsa). Contoh yang sering dikutip orang adalah ayat 34 Surat Al-A’raf: walikulli ummatin ajal... (dan setiap umat mempunyai ajal...).
Pada ayat yang lain, ajal berarti tenggat (deadline) dalam utang-piutang. Ini seperti termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 282: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk ajala musamman (waktu yang ditentukan), hendaklah kamu menuliskannya”.
Berbeda dengan ajal yang mengalami penyempitan makna, makna kata fitnah malah melenceng dari makna kata itu dari bahasa Arab yang diserapnya. Galibnya, masyarakat memahami fitnah sebagai perkataan bohong atau tuduhan tanpa dasar. Perkataan bohong itu sengaja disebarluaskan untuk menjelekkan orang lain, merusak nama seseorang, dan merugikan kehormatan orang itu. Takrif yang berkembang di tengah kehidupan berbahasa khalayak ini tidak salah karena KBBI Edisi Keempat juga mencatat lema fitnah seperti itu.
Kamus Bahasa Arab Almany daring mencatat arti fitnah sebagai ujian, cobaan, kesesatan, kekufuran, aib, kegilaan, siksaan, dan penyakit. Kata itu disebut dalam Al-Quran kurang-lebih 52 kali dalam 30 surah. Maknanya beragam dan sesuai dengan konteks ayatnya. Paling tidak terdapat 15 makna kata fitnah dalam Al-Quran, yakni syirik, penyesatan, pembunuhan, menghalangi dari jalan Allah, kesesatan, alasan, keputusan, dosa, sakit, sasaran, balasan, ujian, azab, bakar, dan gila.
Contohnya kata fitnah dalam Al-Baqarah ayat 191 yang sering dikutip dalam ceramah dan pidato: “Wa al-fitnatu asyaddu minal-qatli (Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan)”. Kata fitnah di sana berarti tindakan yang menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat Nabi dari kampung halamannya, merampas harta, dan menyakiti atau mengganggu kebebasan seseorang beragama.
Tak satu pun di antara makna-makna fitnah dalam bahasa Arab itu yang sesuai dengan persepsi masyarakat kita dan bahkan definisinya di KBBI. Tampaknya telah terjadi proses penyempitan makna sehingga menjadi makna fitnah yang kita kenal sekarang. Mungkin ini mirip dengan pemaknaan nuansa yang berbeda jauh dari kata asalnya dalam bahasa Inggris nuance.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ajal dan Fitnah"