Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden RI Prabowo Subianto mengunjungi Presiden Peru Dina Boluarte di Istana Nega Peru, Lima, pada Kamis, 14 November 2024. Setelah upacara kehormatan, Prabowo dan Boluarte mengadakan pertemuan tete-a-tete atau petemuan empat mata untuk membahas potensi kerja sama Indonesia dan Peru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo dan Boluarte kemudian bergabung dengan delegasi masing-masing untuk melanjutkan pertemuan bilateral yang membahas kerja sama strategis di berbagai bidang. Usai pertemuan bilateral, Prabowo dan Boluarte menyaksikan penandatanganan Perjanjian Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas atau Khusus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri RI Sugiono dan Menteri Luar Negeri Peru Elmer Schialer Salcedo. Kedua negara telah melakukan perundingan pertama untuk perjanjian ini pada 27–30 Mei 2024 di Lima.
"Kami berharap dapat membangun hubungan bilateral yang kuat serta dalam konteks hubungan multilateral. Indonesia sebagai bagian dari ASEAN akan terus mendukung partisipasi Peru dalam ASEAN," kata Prabowo, dikutip dari keterangan tertulis Sekretariat Presiden.
Indonesia dan Peru juga berkomitmen untuk menyelesaikan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dalam enam bulan ke depan. Prabowo meyakini perjanjian tersebut dapat ditandatangani pada kunjungan Boluarte ke Indonesia bersama delegasinya.
Sementara Boluarte menggarisbawahi bahwa Peru memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam hal keanekaragaman hayati dan multikulturalisme. Ia mencatat bahwa pada 2023, Indonesia merupakan mitra dagang Peru terbesar kedelapan di Asia.
"Mengingat kekuatan ekonomi kedua negara kita, yang terus berada di jalur pertumbuhan dan pembangunan yang stabil, ada potensi signifikan untuk bidang kerja sama baru," kata Boluarte dikutip Media Pemerintah Peru, Andina.
Pertemuan Prabowo dan Boluarte juga mencakup pembahasan mengenai kerja sama dalam pemberantasan narkotika, serta kesamaan pandangan kedua negara di kancah internasional. Namun tidak ada rincian mengenai isu ini.
Menurut angka terbaru pemerintah Amerika Serikat, Peru adalah produsen kokain dan pembudidaya koka terbesar kedua di dunia, dengan perkiraan 72.000 hektar (ha) lahan koka yang dibudidayakan pada tahun 2019. Sedangkan Indonesia menjadi pasar narkoba global. Sepanjang 2016-2021, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mencatat transaksi narkotik mencapai Rp 400 triliun.
Contoh kasus jaringan narkoba internasional yang bermain di Indonesia tergambar pada pengiriman 5,1 kilogram paket sabu lewat jalur logistik udara di Jakarta pada 11 Desember 2023. Sabu itu diselipkan di antara kotak keramik lantai yang dikirim dari Meksiko.
Sekretariat Presiden, dalam keterangan tertulis menyebut, sebagai negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik, baik Indonesia maupun Peru memiliki kepentingan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Pasifik.
Pilihan editor: Ridwan Kamil-Suswono Kampanye Akbar Perdana di Cengkareng Barat