Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Survei Pilkada: Perolehan Kotak Kosong di Surabaya dan Gresik Tak Signifikan, Tapi Tak Dapat Disepelekan

Berdasarkan sigi terakhir, perolehan suara kotak kosong untuk Pilkada Surabaya dan Gresik memang tak terlampau siginifikan, tapi tak dapat diremehkan.

17 November 2024 | 20.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Direktur lembaga survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaki Sirajt mengatakan berdasarkan sigi terakhir yang ia lakukan pada awal November 2024, perolehan suara kotak kosong untuk Pilkada Surabaya dan Gresik memang tak terlampau siginifikan. Meski demikian Baihaki mengingatkan agar calon kepala daerah di dua wilayah tersebut tidak meremehkannya.

Baihaki berujar perolehan kotak kosong pada pemilihan Wali Kota Surabaya hanya sekitar 17,8 persen. Sungguh pun begitu angkanya masih memungkinkan untuk bertambah menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024.

“Memang angka itu tak terlampau signifikan untuk mencapai 50 persen plus satu. Tapi bila perolehan suara kotak kosong itu sampai terkunci di angkat 20 persen, ini peringatan bagi pasangan calon tunggal Eri Cahyadi-Armuji,” tutur Baihaki saat dihubungi, Ahad, 17 November 2024.

Sebab bila perolehan suara kotak kosong mencapai 20 persen lebih, menurut Baihaki, secara tak langsung dapat mengganggu legitimasi Eri Cahyadi sebagai calon inkumben. Untuk ukuran Kota Surabaya, kata Baihaki, bila kotak kosong sampai memperoleh suara 20 persen, angka tersebut termasuk tinggi. “Artinya legitimasi seorang calon inkumben patut dipertanyakan,” kata Baihaki.

Di Kabupaten Gresik, berdasarkan hasil survei terakhir ARCI, perolehan kota kosong bahkan lebih tinggi lagi, yakni mencapai lebih dari 20 persen. Di Gresik, calon tunggal yang maju ke pilkada ialah pasangan Fandi Akhmad Yani-Aslichul Alif.

“Saya melihat gerakan kampanye coblos kotak kosong di lima wilayah Jawa Timur yang memiliki calon tunggal hanya masif di Surabaya dan Gresik. Tiga sisanya adem ayem saja,” kata Baihaki.

Selain Surabaya dan Gresik, pilkada yang hanya diikuti calon tunggal di Jawa Timur adalah Kota Pasuruan, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ngawi. Baihaki menilai untuk wilayah sebesar dan sepadat Jawa Timur disayangkan bila hanya terdapat calon tunggal di tataran kabupaten maupun kota. “Apa iya partai politik tak punya kader untuk dimajukan sebagai pesaing calon tunggal,” kata Baihaki.

Tokoh pendukung kotak kosong untuk Pilkada Surabaya, Saleh Ismail Mukadar, mengatakan apa yang ia lakukan bersama teman-temannya sesama penolak calon tunggal bertujuan mengkritisi pola kaderisasi di partai politik lain. Menurut Saleh sebenarnya ada tiga kader dari dua partai besar yang kala itu siap menjadi penantang Eri Cahyadi.

Namun pengurus pusat dua partai besar itu tidak mengizinkan. Jadilah Eri Cahyadi-Armuji yang kader PDI Perjuangan itu melenggang sendirian dengan diusung oleh semua parpol. “Parpol lain justru menghalangi kadernya yang siap berlaga di pilwali Surabaya,” kata Saleh.

Selain masalah itu, Saleh menuturkan gerakan mendukung kotak kosong juga sebagai kritik terhadap kinerja Eri Cahyadi yang dinilai belum seperti yang diharapkan. Namun untuk masalah yang kedua ini, kata Saleh, hanya sebagian kecil dari tujuannya dan kawan-kawan mendukung kotak kosong.

“Yang kedua itu hanya sebagian kecil dari tujuan kampanye kotak kosong,” kata Saleh yang juga kader senior PDIP Surabaya.

Pilihan Editor: Anggap Cawali Surabaya Dukung Rival Risma di Pilgub Jatim, Kader Senior PDIP Ancam Kampanye Coblos Kotak Kosong

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini






Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus