Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para astronom telah menemukan sebuah planet jauh yang menggambarkan Bumi 8 miliar tahun ke depan yang diberi nama KMT-2020-BLG-0414. Planet berbatu tersebut memiliki ukuran yang diperkiran dua kali lipat ukuran Bumi dan terletak 4.000 tahun cahaya dari Bumi. KMT-2020-BLG-0414 adalah refleksi bentuk Bumi pada masa yang akan datang, apabila tidak tertelat oleh matahari yang kian membesar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KMT-2020-BLG-0414 adalah planet yang jauh dengan rupa berbentuk dunia bebatuan dan mengorbit bintang katai putih, yaitu inti bintang yang telah mati. Sistem planet yang jauh ini pertama kali diamati oleh para astronom pada tahun 2020, kala sistem ini melintas di depan cahaya bintang yang berjarak 25.000 tahun cahaya. Sementara KMT-2020-BLG-0414 sendiri terletak dekat dengan tonjolan pada pusat galaksi Bima Sakti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyinggung soal katai putih, Matahari akan menjadi katai putih dalam rentang waktu 5 miliar tahun kedepan. Namun, sebelum Matahari berubah menjadi katai putih, yaitu inti bintang yang telah mati, terlebih dahulu Matahari akan berubah menjadi raksasa merah dan akan menelan Merkurius, Venus, Mars, bahkan planet yang saat ini kita tinggali, yaitu Bumi.
Transformasi Matahari menjadi raksasa merah dapat terjadi lantaran perubahan siklus kehidupan suatu bintang. Mengutip Live Science, bintang selama hidupnya membakar hidrogen menjadi helium. Namun, pada saat bintang kehabisan hidrogen, mereka mulai membakar helium dan menjadi penyebab peningkatan energi yang berbanding lurus dengan perubahan bentuk berupa membesarnya bintang tersebut, hingga ratusan, bahkan ribuan kali ukuran aslinya. Perubahan kepada bentuk yang lebih besar inilah menjadikan suatu bintang (Matahari) raksasa merah menelan planet-planet lain di sekitarnya.
Bumi dengan bentuk yang diproyeksi akan menyerupai KMT-2020-BLG-0414 dapat terealisasi, apabila Bumi mampu lolos dari Matahari yang telah berubah menjadi raksasa merah tersebut. Dalam peristiwa lolos dari kehancuran itu, nantinya Bumi akan bergerak menjauh dari sisa-sisa matahari sekarat yang telah dingin, seperti yang dimuat oleh para peneliti dalam jurnal bertajuk Nature Astronomy, (26/9).
Salah seorang astronom Universitas California, San Diego yang juga bertindak sebagai penulis utama pada jurnal tersebut, Keming Zhang mengutarakan sikap ragu dirinya akan keberhasilan Bumi untuk terbebas dari kehancuran akibat raksasa merah. “Saat ini, kami belum mencapai kesepakatan apakah Bumi bisa menghindari ditelan oleh Matahari raksasa merah dalam waktu 6 miliar tahun,” ungkapnya, seraya menyebut ketahanan planet Bumi hanya berkisar satu miliar tahun kedepan, lantaran tak kuasa menghadapi efek rumah kaca yang kian mengganas.
Apa yang akan terjadi pada kehidupan umat manusia kedepannya masih akan terus memunculkan spekulasi besar. Namun Zhang membagikan spekulasi bahwa, suatu hari nanti manusia mungkin akan berpindah ke bulan-bulan es yang mengorbit Jupiter dan Saturnus. "Saat matahari menjadi raksasa merah, zona layak huni akan berpindah ke sekitar orbit Jupiter dan Saturnus, dan banyak bulan di sana akan menjadi planet lautan," kata Zhang. "Saya pikir, dalam kasus itu, umat manusia bisa bermigrasi ke sana."
BAYU MENTARI