Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Telkom University Bandung mengembangkan perangkat lunak dan alat pencatat penggunaan air bersih dengan sistem prabayar atau token, serupa pengunaan listrik. Perwakilan tim penelitinya, Hanif Fakhrurroja mengatakan alat bernama smart water mater itu siap bersaing dengan produk lokal sejenis. Bila sukses diproduksi, harga jualnya dipatok maksimal Rp 1 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Harapannya alat itu dipasang, tapi pelanggan tidak dibebankan biaya baru,” kata dari tim peneliti, Kamis 9 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanif yang juga adalah dosen di Fakultas Rekayasa Industri Telkom University menyebut meteran air token itu bisa dipasang pada alat pencatat air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik pelanggan. Meteran air yang ada tidak perlu diganti, kecuali sudah rusak atau sudah waktunya diganti dengan yang baru.
Inovasi meteran air itu menggunakan sistem token berbasis Internet of Things (IoT). Pelanggan nantinya dapat mengisi token yang dimasukkan ke meteran air, sehingga penggunaan atau konsumsi air dapat diatur seuai dengan jumlah pembayarannya.
Setelah lolos pengujian, kata Hanif, Telkom University dan sejumlah perusahaan mitra berencana menyertakan alat ini dalam pemasangan PDAM bagi pelanggan baru. Meteran air tersebut juga bisa untuk daerah perumahan yang memiliki sumber air sendiri, seperti dari sumur artesis.
Para penemu alat ini terinsiprasi keluhan PDAM mengenai piutang dan tunggakan pelanggan yang mencapai triliunan Rupiah. Kendati sulit ditagih, PDAM tidak memutus aliran air untuk menghindari konflik.
“Dengan cara prabayar atau token, pelanggan yang tidak membayar otomatis pipanya tertutup,” tutur dia.
Mekanisme alat tersebut sudah sukses diuji di laboratorium. Adapun pengujian lapangan akan dilakukan selama tiga bulan, mulai Agustus 2024, dengan melibatkan lima PDAM mitra di wilayah Jawa Barat. Pada tahun depan, setelah proses penyempurnaan, tim peneliti dan perusahaan mitra berencana memproduksi meteran air otomatis tersebut.
Pada alat tersebut, tim peneliti memakai komponen serupa printed circuit board assembly (PCBA) yang dirancang tahan terhadap gangguan magnet. Alat itu juga dilengkapi sensor-sensor dan pengendali mikro yang hemat energi. Ada juga alat buka tutup keran otomatis yang difungsikan dengan motor kecil.
Sesuai permintaan PDAM, kata Hanif, alat token air itu dipasangi baterai khusus berkapasitas 8600 milliampere-hour (mAh) yang sanggup bertahan selama lima tahun, tanpa pengisian ulang. Setelah terpasang, pelanggan bisa membeli air dengan hitungan kubik melalui aplikasi. Transaksinya juga diatur secara digital.
”Kita sudah bikin aplikasinya berbasis Android dan sudah keluar hak ciptanya,” tutur Hanif.
Sesuai standar keamanan, tim menggunakan nomor kode token 20 angka. Tanpa harus memencet tombol papan angka, pengguna hanya perlu menghubungkan nomor token ke meteran air lewat jaringan Bluetooth. Setelah koneksi token berhasil, keran air akan terbuka secara otomatis. Sebaliknya keran menutup ketika token pelanggan habis.
Pengembangan alat pencatat meteran air ini melibatkan enam orang dosen di Telkom University, mahasiswa, peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), perusahaan, dan tenaga profesional mulai dari desain hingga pengujian lapangan.