Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Ini Fenomena Astronomi Selama Oktober, dari Hujan Meteor hingga Perburuan Komet Tsuchinshan-ATLAS

Sejumlah fenomena astronomi menarik bakal muncul sepanjang Oktober. Selain tiga hujan meteor, juga ada perburuan komet.

3 Oktober 2024 | 15.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah fenomena astronomi menarik bakal muncul sepanjang Oktober. Selain tiga hujan meteor, perburuan komet C/2023 A3 atau Tsuchinshan-ATLAS masih bisa berlanjut. “Kalau kemarin di timur kemunculan komet nanti akan berubah di barat setelah matahari terbenam,” kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan di Bandung, Rabu 2 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komet C/2023 A3 yang ditemukan pada 9 Januari 2023, dari hasil pengamatan di Purple Mountain Observatry alias Tsuchinshan Chinese Observatory pada September lalu, diketahui tengah mengorbit mendekati matahari dalam perjalanan jauhnya dari awan Oort selama 80.660 tahun. Beberapa pengamat dan penggemar astrofotografi berhasil menangkap penampakan komet itu seperti di daerah Lembang, Bandar Lampung, dan Jawa Timur antara pukul 04.00-05.00 WIB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari semua foto terlihat bintang berekor itu mengarah seolah tengah menukik dari langit. Menurut Avivah, posisi komet akan tetap sampai 29 September, kemudian bergeser ke perbatasan dengan rasi bintang Leo lalu ke Virgo. Komet ini bisa diamati lagi di ufuk barat setelah matahari terbenam mulai 12 Oktober hingga pekan ketiga ketika bintang berekor itu makin meredup seiring arahnya yang menjauh dari matahari. Setiap hari hingga 26 Oktober posisi komet akan semakin tinggi dari ufuk atau horison. 

Peristiwa langit lainnya pada Oktober yaitu tiga hujan meteor, dimulai hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi bintang Draco di arah antara barat laut dan utara pada 6 – 10 Oktober. Saat puncaknya pada 8 Oktober ada 5 meteor per jam yang bisa diamati setelah matahari terbenam hingga ras bintang itu tenggelam pukul 21.33 WIB. “Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison,” kata Avivah.

Berikutnya hujan meteor Taurid yang berasal dari butiran debu asteroid dan sisa debu komet sejak 28 September – 2 Desember. Meskipun tidak pernah lebih dari 5 meteor per jam, namun benda langit itu sering muncul seperti bola api di arah timur. Kemudian ada hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet pada 2 Oktober sampai 7 November 2024 di arah antara timur laut dan timur. Saat fase puncaknya 21 Oktober diperkirakan muncul 25 meteor per jam mulai pukul 22.15 WIB sampai menjelang fajar. Cahaya bulan bisa mengganggu pengamatan. 

Fase bulan baru dimulai 3 Oktober yang terbit hampir bersamaan dengan matahari. Saat itu bulan tengah berada di posisi terjauhnya dengan bumi atau apogee yang berjarak 406.161 kilometer. Sepekan kemudian bulan perbani awal, lalu bulan purnama 17 Oktober ketika bulan sudah dalam posisi terdekatnya dengan bumi atau perigee yang berjarak 357.175 kilometer. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus