Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INSTITUT Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya meluncurkan kapal nirawak bernama Intelligent Boat (i-Boat) di PT Galangan Kapal Madura, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa, 29 September lalu. Kapal yang dapat dijalankan dengan kombinasi teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan Internet of things ini terealisasi melalui kerja sama penelitian dan pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proses rancang-bangun i-Boat melibatkan sembilan departemen teknik dan dua kluster yang meliputi 41 peneliti, terdiri atas profesor, doktor, master, dan dosen, serta mahasiswa dari berbagai bidang kompetensi keilmuan di ITS. Para peneliti itu telah menghasilkan 10 judul penelitian dan perancangan i-Boat hanya membutuhkan waktu enam bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajer Klaster Maritim yang juga dosen Departemen Teknik Transportasi Laut ITS, Tri Achmadi, mengatakan i-Boat dibuat untuk memenuhi fungsi angkutan laut, seperti pemenuhan logistik bagi pulau-pulau yang membutuhkan bantuan, serta mendukung fungsi pertahanan dan keamanan. “Tanpa transportasi yang efisien dan efektif dalam memenuhi aspek keselamatan pelayaran, maka dapat dipastikan muncul persoalan distribusi logistik,” ucap Tri saat dihubungi, Jumat, 9 Oktober lalu.
Menurut Tri, kapal tanpa awak ini dikendalikan oleh operator dari jarak jauh. Kapal i-Boat dapat diperintah menuju suatu lokasi koordinat yang telah ditetapkan. Jika terdapat koneksi Internet di wilayah operasionalnya, kata Tri, pengguna dapat mengoperasikan i-Boat melalui aplikasi user interface, baik yang berbasis Internet maupun via perangkat bersistem operasi Android.
Pengembangan i-Boat selanjutnya, menurut Tri, bakal dilengkapi fitur pemanggilan dan penetapan koordinat di area laut yang lebih luas. Bila ada korban tenggelam, kata dia, kamera yang beresolusi tinggi dan sistem autonomous langsung dapat mendeteksi dan menghampiri korban secara otomatis. Kapal nirawak ini juga dapat memprioritaskan penyelamatan korban manusia daripada benda.
Pergerakan i-Boat secara otomatis tersebut berkat sensor-sensor pendukung, di antaranya global positioning system yang digabungkan dengan kamera beresolusi tinggi untuk pengumpulan data sebagai bagian dari analisis big data yang diproses oleh komputer berspesifikasi tinggi yang terdapat di dalam kapal. “Dengan beragam sensor, i-Boat memiliki kemampuan akselerasi dan navigasi serta mendeteksi kondisi lingkungan, termasuk menghindari halangan,” ujar Tri.
Kapal i-Boat berjenis lambung tunggal berbahan alumunium khusus untuk lingkungan maritim. Ia memiliki panjang 4,7 meter, lebar 2,08 meter, dan tinggi 0,75 meter. Tri mengatakan i-Boat mampu mengangkut enam orang atau setara dengan 600 kilogram. Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan normal 10 knots dengan radius area kerja 10 kilometer serta mampu bekerja selama empat jam dengan tangki bahan bakar berkapasitas 75 liter. Kapal berbobot kosong 415 kilogram ini menggunakan sebuah mesin outboard berdaya 40 tenaga kuda.
Rektor ITS Mochamad Ashari mengaku bangga dan puas atas inovasi dari ITS ini. Menurut dia, i-Boat sudah siap dioperasikan secara komersial setelah mendapat sertifikat dari Kementerian Perhubungan. “Kapal harus ikut uji sertifikasi kelayakan dan memastikan tidak ada yang gagal, di situlah peran Menteri Perhubungan dan Biro Klasifikasi Indonesia,” kata Ashari seperti dikutip dari situs ITS.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo