Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NOTIFIKASI dari pengelola Instagram pada Kamis pekan lalu mengagetkan Natta Reza. Selebritas Instagram yang punya hampir 900 ribu pengikut itu diberi tahu bahwa fotonya bersama calon presiden Prabowo Subianto telah dihapus karena dianggap menyalahi aturan konten.
Potret yang disensor Instagram itu menampilkan Natta, 28 tahun, bersama Prabowo berpose saranghae, yang berarti “aku cinta kamu”—jari telunjuk dan jempol disilangkan sehingga ujungnya seperti membentuk hati, sebagaimana sering diperagakan bintang pop Korea. Sekitar delapan jam sejak diunggah, foto itu menuai ratusan reaksi pro dan kontra dari warga maya. “Saya merasa tak menampilkan dan menulis pesan yang provokatif, kok dihapus?” kata Natta, Kamis pekan lalu.
Natta adalah satu dari puluhan selebritas media sosial yang bertemu dengan Prabowo di rumahnya di Jalan Kertanegara 4, Jakarta, Rabu petang pekan lalu. Selain Natta, hadir Dian Pelangi, Sarah Gibson, dan Rachel Vennya. Di media sosial, mereka masing-masing memiliki pengikut sekitar sejuta akun.
Bertajuk “Senja Bersama Prabowo”, pertemuan itu dirancang Gerakan Milenial Indonesia (GMI). Anggota GMI, Rizky Emirdhani Utama, mengatakan konsep acara tersebut diskusi santai. Tetamu bebas menanyakan topik apa pun kepada Prabowo. “Ada yang bertanya soal monopoli kebun sawit sampai keterlibatan Prabowo pada tragedi Mei 1998, bebas,” ujar Rizky.
Selebgram dan YouTuber yang hadir tak dipaksa membuat konten tentang pertemuan itu. Namun sebagian besar tamu pulang dengan oleh-oleh foto atau vlog bersama Prabowo, lalu mengunggahnya ke media sosial, seperti yang dilakukan Natta.
Menurut Rizky, acara itu bukan forum membentuk pendengung media sosial yang siap mengkampanyekan Prabowo-Sandiaga pada pemilihan presiden 2019. “Kami mengundang semua influencer media sosial, baik yang pro-Jokowi, masih galau, maupun pro-Prabowo,” ujar Rizky, yang juga kader Tunas Indonesia Raya, organisasi sayap Partai Gerindra. “Yang penting berkenalan dulu dengan ide-ide Pak Prabowo.”
Pertemuan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno bersama relawan Prabowo-Sandiaga Digital Volunter (Pride) dalam acara bertajuk Ngopi Digital. -Instagram
Pengakuan terang-terangan sebagai pasukan digital Prabowo-Sandiaga datang dari kelompok yang menamai diri Prabowo-Sandi Digital Volunteer (Pride). Ketua Harian Pride, Taufik Hidayat, mengatakan kelompoknya merupakan metamorfosis dari tim media sosial pendukung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Waktu itu, organisasi ini bernama Anies-Sandi Digital Volunteer (Insider). “Ibaratnya, dulu kami masih kepompong, sekarang kami menjadi kupu-kupu,” ujar Taufik.
Taufik mengatakan tim ini menghimpun sedikitnya 12 ribu “relawan” digital yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bertugas memetakan dan mendata identitas portal dan akun yang berpotensi menyerang Prabowo-Sandiaga. Maka, Taufik mengklaim, timnya bisa melacak dan melaporkan situs www.skandalsandiaga.com dan www.sandiagaundercover.com ke polisi kurang dari sepekan setelah situs itu tayang.
Tak hanya bertugas sebagai pengawas di jagat maya, tim Pride bekerja membuat narasi kampanye dan memproduksi konten-konten kreatif di media sosial. Menurut Taufik, pembuatan konten kampanye media sosial mengacu pada aturan main yang dibuat Sandiaga dalam rapat tim di Jalan Widya Chandra VII Nomor 5, sekitar sebulan lalu. “Kontennya tak boleh fitnah, tak boleh nyinyir, meski diserang kubu sebelah,” ujar Taufik.
Ia mencontohkan, ketika Sandiaga dirisak karena pernyataan “tempe setipis kartu ATM”, relawan Pride justru makin giat mengunggah foto-foto dan membuat meme Sandiaga blusukan ke pasar tradisional. Biasanya foto-foto itu disertai narasi soal ketimpangan ekonomi. “Kami akan main bertahan terus di isu lapangan kerja dan harga bahan pokok,” kata Taufik, lulusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma.
Namun ia mengaku timnya tak bisa terus-terusan bertahan ketika kubu lawan terus mengembuskan isu-isu yang menyerang Prabowo-Sandiaga. “Sesekali kami akan melancarkan serangan balik,” ujarnya.
Memakai tanda pagar #KitaPutus, Pride sudah meluncurkan video parodi seri pertama. Plotnya menceritakan sepasang kekasih yang sedang asyik berpacaran tapi tiba-tiba didatangi penagih utang. Tanpa pikir panjang, si perempuan memutuskan hubungan dengan pacarnya karena pernah berjanji tak akan berutang lagi ke rentenir.
Taufik mengatakan narasi video berdurasi semenit itu berkisar soal ingkar janji. Sebab, Presiden Joko Widodo pernah berjanji saat kampanye pemilu presiden 2014 untuk tidak menambah utang pemerintah. Padahal, menurut Taufik, utang pemerintah terus tumbuh setiap tahun. “Materi kami dibuat berdasarkan fakta, bukan fitnah,” ujar Taufik.
Dalam kesempatan lain, Pride juga menyindir penayangan iklan pelayanan masyarakat di bioskop. Iklan pemerintah menunjukkan Presiden Jokowi berhasil membangun 65 bendungan dalam dua musim. Taufik dan timnya langsung membuat video berjudul Seberapa Geregetnya Elo?.
Video itu berisi seorang perempuan yang mengaku ingin menonton film Avengers: Infinity War. Namun, begitu dia berada di dalam bioskop, justru iklan bendungan yang diputar. Walhasil, kata perempuan ini, semua penonton bubar. Di Twitter, video tersebut sudah diputar hampir 5.000 kali. “Pokoknya, kami tak akan menyindir isu primordial seperti suku, agama, atau kekurangan fisik lawan,” kata Taufik.
Selain oleh tim yang dikomandani Taufik, pasangan Prabowo-Sandiaga didukung oleh tim yang dimotori Hafiz Achmad dan Dimas Akbar. Mereka mengelola akun @ruangsandi di Twitter dan Instagram. Di belakang mereka ada sekitar 1.700 relawan media sosial.
Dimas mengatakan strategi terbaik dalam kampanye media sosial adalah menunjukkan kelemahan lawan. Jika kasusnya berkompetisi dengan petahana, ia dan timnya akan menghamparkan janji yang pernah diucapkan inkumben dan mencocokkannya dengan capaian hari ini. Lagi-lagi, tim @ruangsandi memakai isu utang pemerintah. “Masa kampanye ini ibarat perang,” ujar Dimas.
Di waktu lain, Dimas dan kawan-kawan berupaya menyerang balik warga Internet yang mempersoalkan “tempe setipis kartu ATM”. Ia mengunggah kicauan beruntun di Twitter untuk menjelaskan ungkapan tersebut. Menurut Dimas, ungkapan itu adalah cara Sandiaga menyederhanakan curhat emak-emak. Dimas lalu menyusulkan cuplikan pidato Presiden Jokowi tentang defisit Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang sampai dibahas di meja Presiden. “Pidato itu jelas menyederhanakan persoalan, bukan penyederhanaan istilah seperti Bang Sandi,” ujarnya.
Belakangan, Dimas bersama Sandiaga menyiapkan akun resmi Sandiaga di YouTube. Menurut dia, platform berbagi video itu masih dikuasai Jokowi, yang giat membuat vlog. Tim @ruangsandi hendak mengimbangi kehadiran Jokowi di YouTube lewat vlog dan wawancara di kabin mobil sebagaimana yang kerap dilakukan selebritas media sosial. “Tunggu tanggal mainnya,” kata Dimas.
RAYMUNDUS RIKANG, DEVY ERNIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo