Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIAP kali mengikuti rapat di sebuah rumah di Jalan Garut, Menteng, Jakarta Pusat, peserta pertemuan dilarang membawa telepon seluler ke dalam ruangan. Aturan ini saklek dan berlaku bagi semua. “Harus ditaruh jauh. Zaman sekarang, teknologi sangat canggih. Percakapan bisa ketahuan lawan,” ujar Laksamana Muda Purnawirawan Iskandar Sitompul, Jumat pekan lalu.
Mantan Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia ini adalah anggota tim Cakra-19, kelompok pendukung calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Dari markas Cakra-19 di Jalan Malabar, juga di kawasan Menteng, Iskandar bersama sejumlah purnawirawan yang tergabung dalam tim itu bisa sehari tiga kali bertandang ke Jalan Garut untuk melakukan rapat dengan tim “Awan”.
Menurut Iskandar, tim ini dipimpin mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto, yang juga mengepalai Cakra-19. “Awan” merujuk pada aktivitas di “udara”, seperti memantau media sosial. Hasil analisis media sosial kemudian diolah menjadi strategi untuk dijalankan tim “darat” seperti Cakra-19. “Agar yang bergerak di lapangan tidak buta, seperti kompas,” ujar Iskandar. Tiga narasumber Tempo lainnya membenarkan keberadaan tim “Awan”.
Yang terbaru, kata Iskandar, tim menyusun strategi untuk meredam dampak pembakaran bendera bertulisan kalimat tauhid dalam peringatan Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat. Dua anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama membakar bendera tersebut setelah diprovokasi seseorang yang tiba-tiba mengibar-ngibarkan bendera hitam yang identik dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia itu di tengah upacara.
Di Twitter, menurut Iskandar, ada kelompok yang menggaungkan tanda pagar #Belakalimattauhid. Dari pemetaan, tanda pagar atau tagar itu subur di beberapa wilayah, seperti Sumatera Barat dan Jawa Barat. Di dua provinsi itu, pada pemilihan presiden 2014, Jokowi kalah telak.
Tim Awan memberikan rekomendasi agar ada tagar tandingan bernama #KompakdamaiIndonesiaku. Iskandar pun menginstruksikan pengurus Cakra-19 di 20 provinsi, khususnya di Sumatera Barat dan Jawa Barat, ikut menggaungkan tagar tersebut. “Tujuannya agar tim di lapangan tidak salah langkah. Lebih baik jaga hati dan emosi demi persatuan Indonesia,” ujarnya.
Tagar yang dikreasi tim Awan sampai juga ke tim pemenangan resmi. Menurut Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Usman Kansong, tim pemenangan kemudian mengeluarkan komando agar semua personel tim dan “relawan” membuat unggahan dengan menyertakan tagar tersebut. Tim mengantisipasi peristiwa pembakaran bendera menyerempet Jokowi-Ma’ruf, yang memiliki hubungan mesra dengan NU. “Itu urusan Banser dan dilokalisasi sebagai peristiwa hukum,” ujar Usman.
Agaknya, Andi tidak ingin tim “Awan” diketahui publik. Andi menolak mengkonfirmasi keberadaan dan peran tim tersebut. Panggilan telepon dan pesan yang dikirim Tempo belum direspons.
MAJU lagi sebagai calon presiden, Jokowi melalui pendukungnya mengaktifkan kembali tim-tim yang pernah bekerja untuk memenangkannya pada 2014. Misalnya tim Bravo-5 yang pada 2014 dibentuk Luhut Binsar Pandjaitan bersama sejumlah pensiunan jenderal. Setelah Jokowi-Jusuf Kalla menang, kelompok yang namanya diambil dari alamat rumah di Jalan Banyumas Nomor 5, Menteng, Jakarta Pusat, itu dibekukan.
Menjelang pemilihan presiden 2019, tim ini kembali berdenyut. Bravo-5 kini dipimpin mantan Wakil Panglima TNI, Jenderal Purnawirawan Fachrul Razi. Markas mereka kini pindah ke Jalan Maluku Nomor 32, Menteng. “Kami bergerak di darat maupun di udara,” ujar Komisaris Utama PT Aneka Tambang tersebut, Jumat pekan lalu. Di Bravo-5, kini Luhut menjabat sebagai pembina.
Dalam menjalankan misi memenangkan Jokowi-Ma’ruf, menurut Fachrul, Bravo-5 berkoordinasi dengan Andi Widjajanto dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. “Dengan Andi, dua kali pertemuan. Kalau dengan Pratikno, hanya melalui pesan aplikasi,” ujar Fachrul. Menurut dia, Pratikno memintanya bekerja lebih keras untuk memenangkan Jokowi-Ma’ruf di Jawa Barat.
Dalam pemilihan presiden lalu, Andi tergabung dalam tim Sebelas—karena terdiri atas sebelas orang—yang dibentuk Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Tim Sebelas mulanya ditugasi Megawati mencari calon presiden dari PDI Perjuangan. Setelah Jokowi, yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta, ditunjuk sebagai calon oleh Megawati, tim Sebelas merumuskan strategi kampanyenya.
Sejumlah anggota tim Sebelas kembali direkrut Andi menjelang pemilihan presiden 2019. Seorang anggota tim membenarkan informasi tersebut, tapi menolak namanya ditulis.
Dua narasumber di partai koalisi Jokowi-Ma’ruf yang terlibat dalam tim pemenangan mengatakan Pratikno menjadi penghubung tim-tim bayangan ke Jokowi. Pratikno pun, seperti dikatakan Fachrul Razi, memberikan sejumlah masukan kepada mereka. Dihubungi lewat telepon dan pesan pendek, Pratikno belum memberikan respons.
Bekas Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, juga disebut membentuk tim sendiri. Teten mendirikan Rumah Kebangsaan bersama sejumlah tokoh, yang bermarkas di Jalan Pattimura, Kebayoran Baru. Rumah itu milik bos Grup Medco, Arifin Panigoro.
Teten irit bicara ketika dimintai konfirmasi. “Enggak benar,” ujarnya. Pada Maret lalu, Koordinator Staf Khusus Presiden ini menjelaskan bahwa Rumah Kebangsaan bukan tim khusus pemenangan Jokowi. “Ini semacam rumah singgah untuk mendiskusikan banyak hal, dari soal toleransi hingga good governance,” ujarnya.
Pengurus partai pendukung Jokowi-Ma’ruf pun membentuk tim khusus untuk menggarap pemilih dari kalangan tertentu. Misalnya anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka. Bersama sejumlah pengurus partai banteng dan aktivis pergerakan buruh, Rieke membentuk tim Alpha. Mereka di antaranya Ono Surono, rekan satu fraksi Rieke di DPR; dan aktivis petani dari Jawa Barat, Agustiana. “Alpha itu huruf pertama dalam alfabet,” tutur Rieke. “Artinya satu kali lagi menjadi presiden.”
Sebelum membentuk tim tersebut, kata Rieke, ia berkonsultasi dengan Megawati. Setelah mendapat sinyal dari Teuku Umar, markas PDI Perjuangan, ia membentuk kelompok ini, lalu mendirikan cabangnya di daerah. Menurut Rieke, kelompoknya sudah terbentuk di Bali, Papua, dan Hong Kong. Selain menjaring calon pemilih, tim memberikan masukan kepada Jokowi mengenai isu-isu perburuhan.
Sementara tim Rieke bekerja terang-terangan di “darat”, tim yang dipimpin Meutya Hafid bekerja secara rahasia di “udara”. Meutya, yang juga Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Jokowi-Ma’ruf, mengatakan tim ini bermarkas di lantai 5 Gedung High End, Jakarta Pusat. Di ruangan itu, terdapat banyak layar monitor untuk memantau berita dan isu di media sosial. “Ruangan itu sangat steril. Hanya yang memiliki identitas tertentu yang bisa masuk,” ujar politikus Golkar ini.
Tapi pemantauan berita dan media sosial tak hanya dilakukan tim tersebut. Menurut Meutya, ada lebih dari 500 “relawan” dan tim berbeda yang memelototi layar monitor dari tempat lain. Tugas spesifiknya pun berbeda-beda.
Ketua Tim Alpha Rieke Diah Pitaloka memberikan keterangan saat peluncuran slogan dan tagar Bersama Jokowi-Amin #2019TetapPancasila di Jakarta, 13 September 2018. -ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Deddy Mizwar, menuturkan ia juga membentuk regu yang bekerja di luar tim resmi. Tim itu dinamai Ma’rufnomics, yang bertugas menerjemahkan gagasan ekonomi Ma’ruf Amin agar ramah milenial. Ketua Umum (nonaktif) Majelis Ulama Indonesia ini dianggap cukup memahami ekonomi syariah. “Agar semua kalangan bisa mengerti pemikiran Kiai Ma’ruf,” kata Deddy, yang juga anggota tim inti Ma’ruf yang disebut tim KMA—kependekan dari Kiai Ma’ruf Amin.
Di tim KMA, ada sejumlah orang yang ditugasi menempel Ma’ruf. Selain Deddy, ada pengelola perusahaan konsultan pemasaran Fastcomm, Irfan Wahid alias Ipang; mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum, Juri Ardiantoro; ekonom Imam Sugema; dan putri Ma’ruf, Siti Ma’rifah. “Mereka juga punya tim masing-masing yang nantinya memberikan masukan kepada Kiai Ma’ruf,” ujar Deddy.
Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Usman Kansong, mengatakan markas tim bayangan kebanyakan berada di kawasan Menteng. Misalnya Rumah Cemara, kantor media center tim Jokowi-Ma’ruf yang terletak di Jalan Cemara, Menteng. “Kalau saya jalan dari Rumah Cemara ke dekat-dekat situ, pasti ketemu lagi rumah pemenangan Jokowi-Ma’ruf,” ujarnya.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, PRAMONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo