Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Windu Aji Sutanto memiliki tambang pasir dan emas.
Menjadi relawan kampanye Jokowi sejak 2014.
Kerap menjual nama pejabat Polri.
TAK lama setelah diangkat menjadi Deputi Tim Transisi bentukan Presiden Joko Widodo pada 2014, Akbar Faizal mulai mengenal Windu Aji Sutanto. Akbar mendengar namanya sebagai salah seorang ketua relawan kampanye Jokowi di Jawa Tengah. “Jokowi kabarnya pernah datang ke acara kampanye yang dibuat Windu di sana,” kata Akbar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akbar makin akrab dengan Windu seiring dengan kerja Tim Transisi menyiapkan program-program Presiden Jokowi. Mereka saling menyapa dengan panggilan “bro”. Windu juga kerap mendatangi Nagara Institute, kantor Akbar di Pancoran, Jakarta Selatan. Sebaliknya, Akbar sering menyambangi rumah Windu di Patra Land, Kuningan, Jakarta Selatan. Jarak kedua lokasi itu hanya sekitar 1 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah sering bertemu, Akbar makin yakin Windu orang penting. Ia berkali-kali melihat sejumlah pejabat tinggi wira-wiri ke rumah Windu. “Dia memang jago meyakinkan orang,” ujarnya.
Baca: Pengakuan Windu Aji Soal Tambang Nikel Ilegal
Tim Transisi merupakan kelompok kecil yang diluncurkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla setelah memenangi pemilihan presiden 2014. Tim ini dibentuk guna mempersiapkan peralihan pemerintahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Jokowi. Kala itu Akbar menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai NasDem, setelah periode sebelumnya menjadi anggota DPR dari Partai Hanura.
Kini pertemanan Akbar dan Windu retak. Perusahaan kakak sepupu Akbar bersengketa dengan PT Lawu Agung Mining milik Windu. Mereka berebut lahan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Akbar mengaku dulu pernah meminta bantuan Windu untuk membantu kakaknya menjalankan perusahaan itu mengelola tambang nikel. “Saya tak pernah berpikir dia akan ngerjain saya,” ucap Akbar.
Tempo mewawancarai Windu Aji Sutanto pada Februari lalu. Ia mengakui hubungannya dengan Akbar tengah retak. Ia mengklaim sudah berupaya membantu perusahaan kakak sepupu Akbar itu menjadi kontraktor di area konsesi PT Aneka Tambang tersebut. “Tapi dipikirnya saya menghalang-halangi dia,” tuturnya.
Dalam sengketa itu, Windu menyeret Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ia secara terbuka mengaku meminta perlindungan Jenderal Sigit. Namun Listyo Sigit membantah tudingan berada di belakang PT Lawu Agung Mining ataupun menjadi beking Windu. Ia mengatakan anak buahnya justru tengah memerangi penambangan ilegal di Konawe Utara. “Yang salah jangan benar, yang benar jangan jadi salah,” kata Sigit pada Maret lalu.
Menurut para pengusaha yang mengenalnya, Windu menjadi pengusaha tambang pasir dan emas pada 2011. Namanya mulai menanjak saat menjadi bagian tim relawan kampanye Jokowi pada 2014. Windu lahir di Brebes, Jawa Tengah, 47 tahun lalu. Di sana pula ia menjadi juru kampanye Jokowi. Selepas pemilihan presiden 2014, jaringan Windu makin luas. Ia mulai mengenal banyak pejabat, khususnya para penegak hukum. Jejaknya muncul di sejumlah perkara hukum pada pertengahan 2020. Ia ditengarai menjadi makelar di sejumlah kasus hukum.
Sejumlah tersangka dugaan korupsi pembangunan menara pemancar Internet (BTS) di Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut namanya sebagai orang yang dititipi Rp 75 miliar untuk menyetop penyidikan proyek senilai Rp 28 triliun tersebut. Dua pengusaha, Irwan Hermawan dan Galumbang Menak Simanjuntak, mengaku menemui Windu untuk menyetop perkara yang sedang ditangani Kejaksaan Agung itu.
Sempat berhenti penanganannya akhir tahun lalu, jaksa terus mengusut kasus pemancar Internet. Irwan dan Galumbang serta enam orang lain menjadi tersangka megakorupsi tersebut. Tempo berkali-kali mengirim surat permintaan wawancara kepada Windu ihwal perannya dalam dugaan korupsi pengadaan BTS. Surat itu dikirim ke rumahnya di Patra Land. Namun ia tak merespons surat tersebut.
Windu kini ditahan karena kasus penambangan nikel ilegal di Blok Mandiodo. Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara menuduh Windu sebagai pemilik PT Lawu Agung Mining merugikan negara hingga Rp 5,7 triliun. “Keuntungan perusahaan mengalir penuh kepada Windu,” ujar Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara Patris Yusrian Jaya.
Ketua Umum Projo, kelompok relawan Jokowi, Budi Arie Setiadi, membantah kabar bahwa Windu Aji Sutanto adalah bagian tim sukses Jokowi. Ia mengakui ada banyak tim sukses di daerah, tapi Windu tak termasuk bagian dari mereka. “Dia hanya mengaku-aku,” tutur pria yang akrab disapa Muni itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Eka Yudha Saputra, Linda Trianita, dan Rosniawanty Fikri dari Kendari berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dari Relawan Jadi Tersangka"