Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Persepsi pengindraan sesuatu yang tak ada menandakan halusinasi. Misalnya, tanggapan mendengar, menyentuh, merasakan, membaui sesuatu yang tidak ada. Mengutip Verywell Mind, halusinasi bisa saja menunjukkan gejala yang berlainan, seperti sensasi di tubuh terasa disentuh dan mendengar bisikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat merasa mendengar bisikan seperti suara positif atau negatif. Kondisi lainnya, seperti mencicipi rasa tertentu di indra pengecapan. Semua indra manusia bisa mengalami halusinasi, tersebab pengalaman sensorik yang tampak nyata itu dibuat oleh pikiran.
Penyebab halusinasi
Penyebab halusinasi bermula dari pengalaman sensorik. Mengutip Healthline, pengalaman sensorik yang tampak nyata ini dibuat dalam pikiran.
Banyak kondisi yang menyebabkan munculnya halusinasi, misalnya masalah mental, efek samping obat-obatan, gangguan penggunaan alkohol. Walaupun begitu, seseorang yang sering berhalusinasi mungkin perlu untuk mengunjungi psikolog, psikiater, ahli saraf. Itu tergantung penyebab untuk analisis yang lebih mendalam.
Mengutip WebMD, sebelum memutuskan jenis penanganan, dokter lebih dulu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan halusinasi. Proses identifikasi ini umum melibatkan tes electroencephalogram (EEG), pemeriksaan pola aktivitas listrik di otak, tes MRI atau pencitraan resonansi magnetik
Ada berbagai musabab halusinasi. Skizofrenia cenderung dominan, karena lebih dari 70 persen orang mengalami halusinasi visual. Sedangkan 60 persen hingga 90 persennya mendengar suara.
Beberapa lainnya juga mungkin halusinasi mencium dan merasakan berbagai hal yang tidak ada. Parkinson juga juga mempengaruhi kondisi ini terkadang melihat hal-hal yang tak nyata. Kondisi lain yang menyebabkan halusinasi mencakupi beberapa keadaan seperti demam tinggi yang dialami anak-anak maupun orang tua.
Mengutip Healthline, halusinasi terkait masalah mental berkemungkinan ditangani melalui proses sesi konseling bersama profesional. Berbicara dengan konselor membantu mendapat pemahaman lebih baik mengenai hal yang dialami. Konselor juga membantu mengembangkan strategi beradaptasi dengan perubahan atau koping, terutama ketika merasa takut atau paranoia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.