Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Toxic positivity dianggap kondisi yang dilematis. Di satu sisi, berpikir positif membawa beberapa manfaat. Tapi, di sisi lain, selalu berpikir positif membuat seseorang tidak memiliki ruang untuk berbagai emosi lainnya, dilansir Verywell Mind.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Healthline, toxic positivity memandang emosi negatif sebagai sesuatu yang buruk. Sebaliknya, positif dan kebahagiaan didorong secara memaksa (kompulsif). Toxic positivity memaksa menolak pengalaman emosional manusia yang autentik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toxic positivity membuat berbagai emosi tertentu menjadi tidak dianggap. Merujuk Psychology Today, memungkinkan berbagai emosi lainnya meledak pada waktu tertentu. Akibatnya, kondisi emosional seseorang pun menjadi tidak stabil.
Toxic positivity juga mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Toxic positivity membuat seseorang sulit terhubung dengan orang lain. Sebab, orang itu hanya berfokus terhadap segala hal yang positif. Sedangkan orang lain menyadari kehidupan tidak melulu bersifat positif.
Ciri toxic positivity
Toxic positivity bisa membahayakan orang yang sedang melalui masa-masa sulit, karena mengabaikan perasaan dari berbagai emosi. Toxic positivity kerap tidak disadari gejalanya. Merujuk Verywell Mind, adapun mengenali tanda-tandanya bisa membantu untuk menimbang perilaku toxic positivity.
1. Menyingkirkan masalah daripada menghadapinya
2. Merasa bersalah karena sedih, marah, atau kecewa
3. Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya di balik kesenangan yang tampaknya lebih bisa diterima secara sosial.
4. Meminimalkan perasaan orang lain karena membuat tidak nyaman
5. Mempermalukan orang lain ketika tidak memiliki sikap positif
6. Mencoba untuk tabah atau mengabaikan emosi yang menyakitkan.
Kiat mencegah toxic positivity
Setelah mengetahui cirinya, kemudian membiasakan mengenali emosi negatif sebagai hal yang normal yang juga bagian penting dari pengalaman manusia. Sebaiknya mencermati emosi daripada mencoba menghindarinya.
Bicara kepada teman atau orang yang tepercaya tentang emosi termasuk perasaan negatif. Mulai belajar menerima dan mencari dukungan dari orang lain ketika menghadapi emosi negatif.
Merujuk Medical News Today, kiat menghindari toxic positivity, antara lain:
- Membiarkan orang lain untuk berbicara secara terbuka tentang emosi mereka
- Semakin bisa menerima kemunculan emosi negatif
- Menghindari keinginan mencoba untuk memiliki respons positif terhadap semua yang dikatakan seseorang
- Mengenali emosi negatif yang intens sering kali bertepatan dengan pikiran positif yang kuat, seperti ketika kesedihan yang mendalam menandakan cinta yang mendalam
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.