Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom kuku kuning adalah penyakit langka yang mempengaruhi kuku tangan dan kaki. Disebut sindrom kuku kuning karena penyakit ini ditandai adanya penumpukan getah bening di bawah kuku sehingga membuatnya tampak kuning.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Getah bening sendiri merupakan cairan tidak berwarna dengan sel kekebalan yang berfungsi melawan infeksi. Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya terlihat pada orang di atas usia 50 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip WebMD, penyakit ini dipicu adanya masalah dalam sistem limfatik. Sistem limfatik adalah bagian dari sistem kekebalan yang membawa cairan getah bening ke seluruh tubuh.
Selain membuat kuku tampak menguning, penumpukan getah bening dapat menyebabkan pembengkakan di bawah kulit di berbagai bagian tubuh. Sindrom kuku kuning paling sering terlihat pada kelompok orang berikut:
- Kondisi yang menyebabkan sirkulasi getah bening dan masalah drainase seperti lymphedema
- Kanker tertentu seperti kanker paru-paru, kanker payudara, dan limfoma
- Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis
- Gangguan imunodefisiensi seperti imunodefisiensi variabel umum dan sindrom nefrotik, yang memengaruhi sel imun
- Perubahan atau mutasi pada gen FOXC2, yang menyebabkan pembengkakan pada kaki yang dikenal dengan sindrom lymphedema-distichiasis
- Kemungkinan paparan berbahaya terhadap logam titanium pada implan gigi atau sendi, obat-obatan dengan titanium dioksida, atau lingkungan
Mengutip Cleveland Clinic, sindrom kuku kuning memiliki tiga jenis gejala utama yakni:
1. Perubahan kuku
Kuku mungkin tumbuh lebih lambat atau berhenti tumbuh. Kuku juga dapat menjadi tebal, kuning atau hijau dan dapat terlepas dari alas kuku dan rontok. Perubahan kuku dapat mempengaruhi satu atau semua kuku.
2. Pembengkakan
Penumpukan cairan dan pembengkakan (limfedema) mempengaruhi sekitar 8 dari 10 orang dengan sindrom kuku kuning. Paling sering, kaki menjadi membengkak beberapa bulan setelah pergantian kuku.
3. Gejala pernapasan
Hampir 2 dari 5 orang dengan sindrom kuku kuning mengalami penumpukan cairan di jaringan paru-paru (efusi pleura). Pengidap mungkin juga mengalami batuk kronis, infeksi sinus berulang (sinusitis) atau radang paru -paru.
Tidak ada pengobatan untuk kondisi ini. Perawatan sindrom kuku kuning mencakup langkah-langkah berikut untuk mengobati gejala spesifik:
- Pemberian vitamin E oral dan obat antijamur triazol untuk mengatasi perubahan kuku
- Kortikosteroid untuk meredakan gejala
- Pembedahan untuk mengobati efusi pleura
- Antibiotik untuk mengobati sinusitis, produksi lendir terkait bronkiektasis, atau infeksi paru-paru
- Perban regangan rendah, stoking kompresi elastis, pijat, dan latihan untuk meningkatkan sirkulasi dan mengobati pembengkakan
- Drainase cairan secara manual dari area dengan penumpukan getah bening
- Obat khusus untuk mengobati penyakit yang mendasari seperti kanker atau rheumatoid arthritis
HATTA MUARABAGJA