Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kecanduan judi online adalah masalah besar. Psikolog klinis Alvina menjelaskan kecanduan dari sudut pandang psikologis. Kecanduan adalah ketika orang tidak memiliki kesadaran ia bermasalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lingkungan harus tahu kegiatan sehari-harinya seperti apa, bermain apa, game kah, atau sampai judi online kah? Itu harus diawasi dan didetoks," jelas Alvina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk masalah kecanduan, solusi bagi orang dewasa maupun anak-anak sama, yaitu dengan detoks. Dalam konteks judi online harus sampai memutus jaringan internet atau mengontrol mobile bankingnya.
"Orang tua berperan sebagai support system, baiknya ada keterbukaan walau sudah dewasa. Kita harus lihat jika ada yang salah, harus bisa ambil alih keadaan,” lanjutnya.
Menurut Alvina, selain dukungan lingkungan, faktor internal juga penting karena adanya keyakinan irasional seperti saat ini. Contohnya kemudahan akses ke pinjaman online.
Diatur dan manipulatif
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menegaskan judi online merupakan permainan yang diatur dan terdapat algoritma yang diatur untuk membuat pemain merasakan kemenangan namun pada akhirnya kalah juga.
"Awalnya saya tidak tertarik tapi teman-teman saya yang main, itu di tahun 2021. Teman-teman saya kalah terus, lalu coba pakai perangkat yang belum pernah dipakai bermain, yaitu punya saya,” jelas Deky.
Deky memberi testimoni sebagai mantan penjudi online pada acara Kegiatan Tetap Antijudi Online, salah satu bentuk kampanye yang diinisiasi oleh Kemenkominfo untuk mengajak masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menumbuhkan kesadaran bahaya judi online. Kegiatan dilaksanakan pada gelaran Hari Bebas Kendaraan di lima kota di Indonesia dan kali ini di Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Minggu, 22 September 2024.
Deky mengakui skema permainan judi online manipulatif. Menurutnya, skema permainan yang dijalankan manipulatif dan mencurigakan. Ia menceritakan perangkat yang belum pernah dipakai akan diberi kemenangan. Pada saat itu, permainannya bisa diakses melalui tautan sedangkan sekarang sudah ada aplikasinya dan itu membuat semakin berbahaya.
"Yang harus diwaspadai itu karena semua orang bisa akses, untuk remaja dan orang dewasa. Bahkan, saat ini transaksinya bisa pakai e-wallet," jelasnya.
Pada saat terjerembap dalam lingkaran tersebut, Deky akhirnya bangkit berkat dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. "Peran orangtua itu mengawasi, meneliti apa yang diakses oleh anak di handphone, kemudian bisa googling untuk mencari tahu apakah hal tersebut bahaya atau tidak," saran Deky.
Ketua Sobat Cyber Indonesia, Miqdad Nizam Fahmi, menjelaskan hasil statistik mencatat pengakuan yang pernah bermain yangn selalu rugi karena ada algoritma. Ia menegaskan judi online tidak akan membuat kaya karena jika berbicara dari sudut pandang keamanan siber, dengan berjudi online justru akan membuat para pemain rugi, baik secara finansial maupun adanya kebocoran data.
Zat endorfin pada permainan judi online ada kesenangan di atas kenyataan yang jika tidak terpenuhi akan terus memberontak. Karena itu, peranan lingkungan sangat penting.
"Ada dua hal yang mempengaruhi orang bermain game online, yaitu internal dan eksternal. Dari internal, apa yang dia skrol setiap hari akan mempengaruhi sedangkan dari eksternal salah satunya lingkungan. Para ibu harus melihat sekitarnya. Harus dipastikan bahwa temannya harus baik/positif. Jika tingkah lakunya negatif, perlu ditelusuri," papar Miqdad.
Pilihan Editor: Bebaskan Anak dari Jeratan Judi Online dengan Langkah Berikut