Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Survei Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada 2020 mengungkapkan 64,3 persen mahasiswa masih memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah. Kondisi tersebut diperparah dengan temuan riset Katadata Insight Center 2023 bahwa 54 persen mahasiswa tidak memiliki anggaran keuangan. Sementara itu, riset Mandiri Institute 2021 menyebutkan 60,7 persen mahasiswa mengalami kesulitan keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perencana keuangan Rista Zwestika mengungkap empat langkah utama yang dapat dilakukan mahasiswa untuk membuat perencanaan keuangan yang sehat dan bertanggung jawab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa perencanaan keuangan yang baik adalah kunci untuk mencapai stabilitas dan kesuksesan finansial di masa depan,” ujar Rista.
Ia mengatakan langkah pertama adalah rutin mengecek aliran uang untuk memantau arus keluar dan masuk. Kemudian, cek aset bersih untuk mengetahui kondisi keuangan secara keseluruhan, meningkatkan nilai diri untuk menambah pendapatan dan aset, serta membuat tujuan keuangan yang jelas dan strategi investasi yang tepat.
“Dengan mengikuti langkah-langkah ini mahasiswa dapat mulai membangun fondasi keuangan yang kuat dan mengambil keputusan finansial yang lebih bijak,” ucap Rista.
Gaya hidup konsumtif
Menurutnya, keempat upaya tersebut perlu dilakukan karena generasi milenial dan Gen Z saat ini dihadapkan pada berbagai kondisi dan tantangan keuangan. Tidak hanya tingkat literasi dan kesulitan finansial, gaya hidup konsumtif juga menjadi tantangan kalangan mahasiswa. Survei Katadata Insight Center 2023 menunjukkan 63 persen mahasiswa menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting.
Data tersebut diperkuat oleh Riset LPEM FEB UI 2023 yang mengungkapkan 38,6 persen mahasiswa terjebak dalam gaya hidup instant gratification atau lebih memilih memenuhi keinginan jangka pendek. Berdasarkan berbagai riset dan survei tersebut, Rista menilai kondisi tersebut menandakan banyak mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam mengelola keuangan pribadi.
“Akibatnya, mereka sering kali menghadapi kesulitan dalam mengatur pengeluaran di masa kini dan mempersiapkan kebutuhan keuangan di masa mendatang,” jelasnya.