Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, menjelaskan alasan penggunaan kemasan plastik dalam uji coba program makan bergizi gratis. Putra Presiden Jokowi itu menyatakan bahwa salah satu alasan utama penggunaan kemasan plastik adalah agar anak-anak dapat membawa pulang makanan jika tidak habis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika ada anak yang masih kenyang atau sudah sarapan cukup berat, kemasan plastik memungkinkan mereka membawa pulang makanan. Kemarin, kami menerima banyak masukan mengenai kemasan, ada yang bertanya mengapa menggunakan plastik. Pertimbangan kami adalah agar makanan bisa dibawa pulang jika tidak habis," kata Gibran pada Jumat, 26 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gibran juga menekankan bahwa pihaknya terbuka untuk semua masukan dalam program makan bergizi gratis. Dan siap mempertimbangkan penggunaan piring jika penggunaan kemasan plastik dianggap menimbulkan dampak negatif di masa depan.
Sementara itu, mengenai kritik terhadap susu yang diberikan kepada siswa karena dinilai tinggi gula, Gibran mengatakan akan menggantinya jika memang salah. "Hari ini kami menggunakan susu putih, sekali lagi ini uji coba. Saya siap menerima masukan dari evaluasi siapapun. Jika jenis susunya dianggap tidak cocok atau salah, kami siap menggantinya," katanya. Lantas, seberapa bahaya kemasan plastik?
Bahaya Kemasan Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan
Kemasan plastik telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara luas untuk mengemas makanan, minuman, dan berbagai produk konsumen lainnya. Namun, di balik kenyamanan dan kepraktisan yang ditawarkannya, kemasan plastik menyimpan berbagai bahaya yang perlu diperhatikan, baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan.
Salah satu kekhawatiran utama terkait penggunaan kemasan plastik adalah potensi migrasi bahan kimia berbahaya ke dalam makanan dan minuman yang dikemas. Beberapa jenis plastik mengandung bahan kimia seperti Bisphenol A (BPA) dan phthalates, yang dapat larut ke dalam makanan, terutama saat terpapar panas atau kondisi tertentu. BPA dan phthalates telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan hormon, gangguan reproduksi, dan peningkatan risiko kanker.
Studi juga menunjukkan bahwa mikroplastik, partikel plastik berukuran sangat kecil yang dihasilkan dari degradasi plastik, dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia. Mikroplastik telah ditemukan dalam air minum, makanan laut, dan bahkan udara yang kita hirup. Dampak jangka panjang dari paparan mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih belum sepenuhnya dipahami, namun kekhawatiran terus meningkat karena potensi efek toksik yang mungkin ditimbulkannya.
BINUS.AC.ID | BADUNGKAB.GO.ID
Pilihan editor: Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis di Solo: Cukup Mewah karena Disubsidi Dana CSR