Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA pengusaha Robert Bonosusatya muncul setelah Kejaksaan Agung menetapkan sejumlah tersangka dalam korupsi tata niaga timah. Mulanya Kejaksaan Agung menangkap Tamron Tamsil alias Aon yang kerap disebut raja timah di Bangka Belitung. Kemudian penyidik turut menahan Direktur Utama PT Refined Bangka Tin Suparta. Secara kebetulan, pengusaha 61 tahun itu memiliki inisial yang sama dengan PT Refined Bangka Tin: RBT. Robert mengakui Tamsil dan Suparta sebagai teman dekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kejaksaan Agung sudah memeriksa Robert pada Senin, 1 April 2024. Pemeriksaan itu menyangkut kedekatan Robert dengan sejumlah tersangka. Penyidik juga bertanya soal sejumlah aliran uang dari Robert ke PT RBT. Setelah muncul kasus korupsi timah itu, Robert mengaku sering sakit. Ia pernah menjalani transplantasi ginjal pada 2015. Ia juga mengaku bisnisnya terganggu karena namanya terseret korupsi timah. Dengan suguhan kopi dan kue-kue basah, Robert menerima wartawan Tempo, Fajar Pebrianto, Lani Diana, dan Mustafa Silalahi, di sebuah tempat di Jakarta Selatan pada Jumat, 26 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benarkah Anda pernah mengirim uang total Rp 63,7 miliar ke rekening PT Refined Bangka Tin (RBT) pada 2018 dan 2020?
Itu uang untuk pinjaman Suparta yang menggunakan rekening PT Refined Bangka Tin. Sebenarnya atas nama pribadi, bukan perusahaan. Ada semua perjanjiannya, termasuk soal bunga.
Pinjaman itu untuk bisnis timah?
Saya tidak tahu karena itu urusan dia.
Lalu untuk apa PT RBT mengirim uang senilai Rp 29,7 miliar ke rekening Anda pada 2018?
Uang cicilan pembayaran utang plus bunganya. Sampai sekarang pinjaman itu nyangkut. Mau ditagih bagaimana caranya karena orangnya sudah masuk penjara?
Figur Robert Priantono Bonosusatya dalam sebuah situs berita di Indonesi. Tempo/Gunawan Wicaksono
Kami juga mendapat informasi Anda memiliki setidaknya 77 perusahaan. Apakah benar?
Tidak. Perusahaan saya cuma sepuluh. Tidak ada yang berbisnis timah.
Apakah Anda pernah berbisnis timah di Bangka Belitung?
Dulu saya ingin mencoba bisnis timah saat perusahaan asal Malaysia, PT Koba Tin, mau berinvestasi pada 2010. Saya pelajari bisnisnya, termasuk soal due diligence, selama tiga bulan, akhirnya batal karena ada masalah. Dari situ saya mengenal banyak pengusaha timah. Tapi setelah itu saya langsung berhenti.
Sekarang Anda tidak punya bisnis timah?
Tidak ada. Enggak jadi setelah mengurus PT Koba Tin itu.
Lalu apa hubungan Anda dengan Suparta?
Saya kenal Pak Suparta sejak 1995, teman lama dan sering nongkrong. Saya dan dia sama-sama pernah menjalankan usaha batu bara di Banjarmasin.
Benarkah Anda menguasai PT Refined Bangka Tin lewat Suparta?
Enggak benar. Yang membeli PT RBT adalah Suparta. Kalau ngobrol mengenai future bisnisnya pernah. Biasa, lah, diskusi soal bisnis. Kebetulan inisial nama saya dan perusahaan itu sama-sama RBT. Jangan berasumsi Robert lagi. Jangan sebut nama saya lagi di perusahaan itu.
Jadi Anda tidak mendapat keuntungan apa pun dari bisnis timah di Bangka Belitung?
Tidak ada.
Apakah Anda mengenal Tamron Tamsil?
Dia teman saya juga dan sering mengirimi pempek dan durian. Enggak ada hubungan dengan bisnis timah. Dia orang baik.
Bagaimana hubungan Anda dengan Harvey Moeis?
Setelah lulus kuliah dan menikah, Harvey memang sering nongkrong di rumah bersama pengusaha-pengusaha lain. Tapi saya tidak pernah berbisnis timah dengan dia. Sekarang kabarnya bisnis lainnya juga berantakan.
(Catatan: Kejaksaan Agung sudah menetapkan Harvey Moeis sebagai tersangka dan menahannya.)
Bagaimana dia bisa terseret kasus ini?
Mungkin karena dia kenal baik dengan Suparta, jadi berjalanlah urusan mereka. Tapi saya tidak ikut-ikutan. Saya juga tidak pernah mengutus dia untuk bisnis timah. Kami berteman saja.
Kalau hubungan Anda dengan Helena Lim?
Saya kenal dia saat kumpul-kumpul di perayaan Imlek di rumah saya pada 2018. Dia sudah punya bisnis money changer waktu itu dan suka kumpul di posko. Kadang-kadang, kalau ada yang mau tukar uang, dananya dititipkan di rumah saya. Servisnya bagus, Helena orang baik.
(Catatan: Helena Lim juga sudah menjadi tersangka dan ditahan. Posko yang dimaksud adalah rumah Robert di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan.)
Baca Juga:
Kenapa banyak pengusaha sering berkumpul di rumah Anda?
Mereka memang sering berkumpul dan nongkrong di rumah saya. Di sini memang disediakan santapan makan siang dan kopi setiap hari. Semua berteman dan kadang-kadang kami berdiskusi soal bisnis.
Termasuk membahas bisnis timah?
Kalau mereka tanya soal timah, saya jelaskan. Indonesia 100 persen sebagai negara pengekspor timah. Jadi harus dilihat dari sisi internasional jika terjun di bisnis ini. Saya memberikan pandangan kepada mereka seperti apa bisnis timah secara global.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Saya Tidak Berbisnis Timah"