Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat kembali mengecam Iran, yang dituduh telah mengirim senjata kepada milisi Houthi di Yaman secara ilegal. Hal ini sebagai respons dari maraknya serangan Houthi ke kapal-kapal dagang yang melintasi Laut Merah dan sekitarnya sebagai upaya kelompok itu untuk menekan Israel agar menghentikan perangnya melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kecaman ini disampaikan Stephanie Sullivan, Penjabat Wakil Tetap Amerika Serikat di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam pembahasan situasi Timur Tengah di Dewan Keamanan PBB. Meskipun Iran menyangkal menyediakan senjata, “Media yang terafiliasi dengan negaranya sendiri telah menggembar-gemborkan pasokan teknologi rudal balistik terlarang negara itu kepada Houthi, sesuatu yang juga telah disimpulkan oleh para ahli PBB dan dipublikasikan dalam laporan mereka,” kata dia, seperti dikutip Asharq Al Awsat pada Selasa, 10 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sullivan berbicara setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui perpanjangan misi PBB selama 12 bulan untuk mendukung Perjanjian Hudaibiyyah 2018. Misi ini bertugas untuk memantau pelaksanaan perjanjian gencatan senjata di Al Hudaydah atau Hodeidah, kota pelabuhan utama Yaman, antara Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional.
Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, mengatakan bahwa perpanjangan mandat perjanjian Hudaibiyyah ini memungkinkan patroli lanjutan di pelabuhan Al Hudaydah dan pelabuhan-pelabuhan kecil Salif dan Ras Isa serta dukungan untuk demiliterisasi mereka. “(Ini untuk) mengirimkan pesan yang jelas tentang pentingnya gencatan senjata di Hodeidah dan upaya untuk melestarikannya,” katanya.
Sejak Oktober 2023, Houthi mengklaim telah menyerang lebih dari 153 kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel yang melintasi Laut Merah dan perairan sekitar Yaman. Mereka menembakkan rudal dan pesawat nirawak atau drone ke kapal-kapal yang mereka tuduh berhubungan dengan entitas Israel. Houthi juga mengaku telah merudal kapal induk nuklir Amerika Serikat USS Eisenhower hingga kapal itu meninggalkan Laut Merah.
Pekan lalu, Houthi membeberkan berbagai senjata canggih yang mereka gunakan dalam operasi di militer di Laut Merah. Senjata itu antara lain adalah rudal "Palestina", drone laut Tufan 1, dan rudal balistik hipersonik Hatem-2. Analisis peneliti Israel menyimpulkan bahwa senjata-senjata itu adalah variasi dari senjata Iran.
Houthi mengklaim telah mengembangkan dan memproduksi sendiri senjata itu, tapi peneliti itu meragukannya. “Serupa dengan kasus rudal 'Palestina' dan sistem senjata lainnya, Houthi mencoba untuk menggambarkan diri mereka seolah-olah mereka memproduksi sistem senjata baru dan canggih secara mandiri, padahal kenyataannya mereka menggunakan persenjataan Iran yang terkenal,” tulis Boaz Shapira, peneliti Alma Research and Education Center, lembaga penelitian Israel, di situs lembaganya.
Iran berkali-kali telah membantah tuduhan bahwa negaranya telah memberikan bantuan finansial dan senjata ke kelompok Houthi. Pada pertengahan Juni 2024, kantor berita Iran IRNA mengutip keterangan Misi Tetap Iran untuk PBB di New York yang membantah tuduhan bahwa Iran telah membantu Houthi dalam operasi anti-Israel di laut lepas.
Pilihan editor:
- Presiden Iran Terpilih Tegaskan Tetap Dukung Hizbullah
- Kesaksian 6 Tentara Israel tentang 'Kekerasan yang Mengerikan' di Gaza
- Kapal Perusak Inggris HMS Diamond yang Diklaim Diserang Rudal Houthi Pulang ke Portsmouth