Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah Thailand menggunakan vaksin campuran untuk menghadapi Covid-19.
Kementerian Kesehatan mengklaim kombinasi vaksin tak berefek serius.
WHO memperingatkan bahaya pencampuran vaksin.
SEPERTI warga Thailand lain, Wichit Chaitrong dulu berharap benar akan mendapat vaksin Covid-19. Tapi kini tidak. Dia berubah pikiran ketika mendengar kabar bahwa pemerintah akan memakai vaksin oplosan Sinovac dan AstraZeneca. “Saya akan mencari opsi yang lebih aman,” katanya kepada Thai PBS, Sabtu, 17 Juli lalu. “Saya akan mencari vaksin alternatif mulai sekarang.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak warga negeri itu yang khawatir akan efek vaksin oplosan ini. Apalagi tersiar kabar seorang perempuan berusia 39 tahun meninggal setelah menerima vaksin kombinasi pada Senin, 12 Juli lalu. Dokter di King Mongkut Memorial Hospital di Provinsi Phetchaburi sedang mengautopsi jenazahnya. Departemen Pengendalian Penyakit menyatakan pasien itu punya masalah kesehatan tapi tak menjelaskannya lebih jauh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Administrasi Situasi Covid-19 (CCSA), badan tertinggi penanganan Covid-19 yang dipimpin Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha, memberi izin pemakaian vaksin oplosan Sinovac-AstraZeneca pada pekan lalu. Kementerian Kesehatan menyatakan kombinasi itu bisa memperkuat kekebalan orang terhadap Covid-19. Kebijakan ini juga didukung sepuluh dekan sekolah kedokteran yang menjadi penasihat CCSA.
Sebanyak 1.102 orang telah menerima vaksin kombinasi. Kementerian memantau mereka dan tak menemukan satu pun yang mengalami efek serius atau meninggal setelah menerima suntikan kedua. Fakultas Kedokteran Chulalongkorn University dan Departemen Ilmu Kedokteran meneliti sampel penerima kombinasi vaksin itu dan menemukan imunitas mereka naik delapan kali lipat daripada orang yang hanya menerima dua suntikan Sinovac.
Pemberian vaksin Sinovac Covid-19 di Phuket Thailand, 28 Juni 2021. REUTERS/Jorge Silva
Keputusan pemerintah itu keluar setelah 618 dari 677 ribu tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 meskipun telah mendapat vaksin penuh Sinovac. Seorang perawat dilaporkan meninggal dan seorang anggota staf medis dalam kondisi kritis. Kini pemerintah memberi suntikan penguat kepada mereka, antara vaksin AstraZeneca atau vaksin serupa seperti Pfizer/BioNTech.
Thailand menjadi negara pertama yang mencampur vaksin untuk menghadapi Covid-19. Vaksin oplosan ini campuran vaksin berbasis virus, seperti Sinovac, dan vaksin rekayasa genetika, seperti AstraZeneca. Bahrain baru berencana memberikan suntikan penguat vaksin Pfizer atau Sinopharm tanpa melihat jenis vaksin yang sudah diterima sebelumnya.
Negara-negara lain umumnya memakai kombinasi vaksin yang sama-sama hasil rekayasa genetika. Jerman memberi suntikan vaksin AstraZeneca dan diikuti dengan Pfizer atau Moderna. Kanselir Jerman Angela Merkel telah menerima vaksin AstraZeneca pada April dan Moderna pada Juni.
Korea Selatan mengumumkan masyarakat yang telah menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca akan mendapat suntikan kedua vaksin Pfizer karena kiriman AstraZeneca melalui skema penyedia vaksin global COVAX belum datang juga. Badan Medis Italia (AIFA) menyatakan orang-orang berusia di bawah 60 tahun, yang telah menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca, boleh menerima vaksin lain untuk suntikan kedua, seperti vaksin bikinan Pfizer dan Moderna.
Vaksin oplosan atau penggunaan vaksin penguat, seperti yang dilakukan Thailand, tampaknya akan menjadi strategi menghadapi pandemi Covid-19. Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan Badan Kesehatan Dunia (WHO), memperingatkan keputusan mencampur vaksin sebenarnya berbahaya.
RenuMadanlalGargy, wakil WHO di Thailand, menegaskan bahwa organisasinya tak akan campur tangan terhadap kebijakan pemerintah memberlakukan vaksin oplosan. Sebab, setiap negara perlu membuat keputusan berdasarkan konteks dan data ilmiah masing-masing.
IWAN KURNIAWAN (THAI PBS, CHIANG RAI TIMES, BBC)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo