Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menggelar diskusi publik bersama bekas Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq. Acara yang berfokus dalam topik demokrasi yang sehat dan tangguh itu diikuti 42 orang secara luring dan 80 orang secara daring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syed Saddiq memberikan pandangannya soal idealisme dan pragmatisme, khususnya dalam menghadapi dinamika politik sekaligus tantangan demokrasi di Malaysia. Saddiq mengkritik sejumlah persoalan yang ada di Malaysia, termasuk soal penggunaan hukum sebagai alat penguasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menpora yang menjabat pada periode 2018-2020 itu menegaskan pentingnya idealisme. Dia juga bercerita bahwa dirinya kerap diremehkan banyak orang karena memilih untuk menjadi sosok idealis. "Mereka menyebut saya naif secara politik karena saya memilih untuk bersuara," kata Saddiq di kantor FCPI, Mayapada Tower, Jakarta, Jumat, 15 November 2024.
Mantan Presiden Ikatan Demokrat Malaysia (MUDA) itu juga optimistis soal masa depan pemuda Indonesia dan Malaysia. Dia menilai, pemuda di kedua negara memiliki peluang besar untuk tumbuh, khususnya di sektor ekonomi. Selain itu, Saddiq juga menyorot pentingnya pembangunan infrastruktur di desa sehingga tak tidak hanya berpusat di perkotaan.
"Generasi muda tidak boleh hanya menunggu kesempatan datang begitu saja, tetapi harus aktif mengambil langkah, sekecil apa pun, untuk menciptakan perubahan," ujarnya.
Diskusi ini juga diawali oleh sambutan Co-Founder FPCI Dewi Fortuna. Dia membuka diskusi dengan topik kemunduran demokrasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, hingga Eropa. Ia menyampaikan bagaimana otoritarianisme, pemerintahan populis, dan korupsi sedang meningkat.
Dewi juga menyoroti pentingnya melibatkan generasi muda dan mencatat bahwa banyak yang menganggap demokrasi sebagai hal yang biasa, tetapi situasi ekonomi global dan tantangan politik mengharuskan demokrasi didefinisikan ulang dan diciptakan kembali.
Saddiq dilantik menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia pada 2 Juli 2018 saat berusia 25 tahun. Dalam wawancara dengan Tempo pada 19 Agustus 2018, beberapa fokus utama kepemimpinannya adalah mengurangi angka pengangguran dan ingin menaikkan gaji anak muda Malaysia yang dinilainya tidak seimbang dengan kenaikan inflasi.
Sebelum menjadi menteri, Syed Saddiq mendapat penghasilan dengan aktif mengajar sejumlah mata pelajaran seperti hubungan internasional, debat, hingga pengucapan awam. Mengajar adalah minatnya sejak dulu. Di Indonesia, dia pernah memberikan kuliah di Universitas Bina Nusantara. Saddiq mengaku telah mengajar di 25 negara di dunia.
Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, Syed Saddiq dijatuhi hukuman 7 tahun penjara, dua kali hukum cambuk, dan denda RM10 juta atau sekitar Rp 33 miliar oleh Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur pada Kamis, 9 November 2023, karena terbukti bersalah melakukan korupsi. Kantor Berita Bernama mewartakan Saddiq dinyatakan bersalah atas empat dakwaan yakni melanggar kepercayaan, penyelewengan properti dan pencucian uang. Setelah itu Saddiq mengajukan banding dan dijerat hukuman cambuk.
Pilihan editor: Josep Borrell: Suara Kemanusiaan untuk Gaza dari Uni Eropa