Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari sepertiga warga Israel telah mempertimbangkan untuk meninggalkan negara itu karena perang yang telah berlangsung selama satu tahun, dan percaya bahwa ada bahaya nyata bagi keberadaan Israel, demikian ungkap sebuah jajak pendapat baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut survei yang diterbitkan oleh surat kabar Maariv kemarin, 35 persen responden mengatakan bahwa mereka telah mempertimbangkan untuk beremigrasi dari Israel, termasuk 24 persen yang mempertimbangkan untuk beremigrasi secara permanen dan 11 persen yang mempertimbangkan untuk pindah untuk sementara waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jajak pendapat tersebut menunjukkan 47 persen responden mengatakan bahwa mereka "sangat ingin" anak-anak mereka tinggal di Israel dan 26 persen hanya "ingin" anak-anak mereka tinggal di sana, sementara 21 persen menegaskan bahwa mereka tidak ingin anak-anak mereka tinggal di Israel.
Dari mereka yang disurvei, kelompok lansia, religius, dan ultra-Ortodoks adalah kelompok yang paling bahagia tinggal di Israel, sementara mereka yang berusia 30-44 tahun, pasangan muda, dan pemilih partai-partai oposisi adalah kelompok yang paling tidak puas tinggal di Israel.
Jika pemilihan umum diadakan besok, Partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri petahana Benjamin Netanyahu akan memenangkan 26 kursi, Kamp Nasional 19, Yesh Atid 15, Yisrael Beiteinu 14, Shas 10, Partai Demokrat 9, Otzma Yehudit 7, United Torah Judaism 7, Hadash-Ta'al 6, Daftar Persatuan 4, dan Zionisme Agama 4, demikian hasil survei tersebut.
Hasil ini menunjukkan partai-partai koalisi akan diwakili oleh 54 anggota Knesset, dibandingkan dengan 56 untuk partai-partai oposisi Zionis, dan sepuluh kursi untuk partai-partai Arab.
Jika mantan Perdana Menteri Naftali Bennett kembali ke dunia politik sebagai ketua partai baru, partai ini akan memenangkan 20 kursi, sementara pangsa suara Likud akan turun tiga kursi.
MIDDLE EAST MONITOR