Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Peringatan 1 Tahun Banjir Al Aqsa, Warga Afrika Selatan: 'Kita Semua adalah Hamas'

Demonstrasi berlangsung di jalan-jalan ibu kota Afrika Selatan untuk mendukung Palestina dan Lebanon, menandai peringatan Operasi Banjir Al Aqsa.

7 Oktober 2024 | 03.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Afrika Selatan adalah salah satu negara paling gigih membela kemerdekaan Palestina. Mereka mengajukan pengaduan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional, dengan tuduhan “melakukan genosida di Gaza.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tindakan pemerintah Afrika Selatan ini didukung penuh oleh warganya. Para demonstran turun ke jalan di ibu kota Afrika Selatan untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina dan Lebanon, Jumat, 5 Oktober 2024, menandai ulang tahun pertama Operasi Banjir Al Aqsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyelenggara protes juga menyerahkan sebuah memorandum kepada Parlemen, menyuarakan penentangan mereka terhadap Israel.

Para demonstran mengibarkan bendera dan spanduk untuk mendukung Palestina dan Lebanon, meneriakkan slogan-slogan dan mengutuk agresi dan kejahatan yang dilakukan oleh Israel terhadap kedua negara tersebut.

Demonstrasi yang diselenggarakan oleh Kampanye Solidaritas Palestina ini menampilkan spanduk-spanduk yang menyatakan bahwa Israel terlibat dalam genosida dan rasisme. Beberapa orang mengenakan kafiyeh Palestina, sementara yang lain mengangkat slogan-slogan seperti "Kita semua adalah Hamas" dan "Zionisme adalah rasisme."

Para penyelenggara menyampaikan sebuah memorandum kepada Dewan Legislatif (parlemen), mendesak pemerintah untuk menegakkan Konvensi PBB tahun 1973 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, yang memungkinkan langkah-langkah seperti memboikot Israel.

Ketika genosida Israel di Gaza mendekati satu tahun, protes juga terus berlanjut di banyak negara Barat dan Islam.

Seluruh dunia turun ke jalan

Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di beberapa kota besar di seluruh dunia pada Sabtu untuk menuntut diakhirinya pertumpahan darah di Gaza, saat konflik di daerah kantong Palestina itu mendekati ulang tahun pertamanya dan menyebar ke wilayah yang lebih luas.

Sekitar 40.000 demonstran pro-Palestina berbaris di pusat kota London sementara ribuan orang juga berkumpul di Paris, Roma, Manila, dan Cape Town.

Perang dipicu ketika kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023 dalam serangan yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera, menurut perhitungan Israel.

Serangan Israel berikutnya terhadap Gaza telah menewaskan hampir 42.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan membuat hampir seluruh penduduk daerah kantong tersebut yang berjumlah 2,3 juta jiwa mengungsi.

"Sayangnya, terlepas dari semua niat baik kami, pemerintah Israel tidak menggubrisnya, dan mereka terus saja melanjutkan kekejaman mereka di Gaza, sekarang juga di Lebanon dan di Yaman, dan mungkin juga di Iran," ujar salah seorang peserta aksi di London, Agnes Kory. "Dan pemerintah kita, pemerintah Inggris, sayangnya hanya mengumbar basa-basi dan terus memasok senjata ke Israel," tambahnya.

Di Berlin, para pendukung Israel memprotes meningkatnya antisemitisme dan bentrokan terjadi antara polisi dan para demonstran pro-Palestina.

 

Perang Gaza meluas ke wilayah tetangga

Selama setahun terakhir, skala pembunuhan dan penghancuran di Gaza telah menarik beberapa protes global terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dalam gelombang kemarahan yang menurut para pembela Israel telah menciptakan iklim antisemitisme di mana para pemrotes mempertanyakan hak Israel untuk hidup sebagai sebuah bangsa.

Perang di Gaza telah menyebar ke wilayah tersebut, menarik kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Yaman dan Irak. Israel telah meningkatkan kampanye secara tajam terhadap kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dalam beberapa minggu terakhir dan Iran meluncurkan rentetan rudal terhadap Israel minggu ini.

Di Paris, pemrotes Lebanon-Prancis, Houssam Houssein, mengatakan:

"Kami khawatir akan terjadinya perang regional, karena saat ini ada ketegangan dengan Iran, dan mungkin juga dengan Irak dan Yaman".

"Kita benar-benar harus menghentikan perang karena sekarang sudah tidak tertahankan lagi," tambahnya.

Di Roma, sekitar 6.000 demonstran mengibarkan bendera Palestina dan Lebanon, menentang larangan untuk berpawai di pusat kota menjelang peringatan 7 Oktober.

Israel masih didukung kuat oleh Amerika Serikat

Sementara sekutu-sekutunya seperti Amerika Serikat mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, Israel telah menghadapi kecaman internasional yang luas atas tindakannya di Gaza, dan sekarang atas pengebomannya terhadap Lebanon. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menolak kritik dan berargumen bahwa pemerintahnya bertindak untuk mempertahankan negara dari pengulangan serangan 7 Oktober oleh Hamas.

Diplomasi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat sejauh ini telah gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Hamas menginginkan kesepakatan yang mengakhiri perang sementara Israel mengatakan pertempuran hanya dapat berakhir jika Hamas diberantas.

Di Manila, para aktivis bentrok dengan polisi anti huru-hara setelah mereka dihalangi untuk mengadakan demonstrasi di depan kedutaan besar AS di ibu kota Filipina sebagai bentuk protes terhadap Amerika Serikat yang memasok senjata kepada Israel.

Demonstrasi untuk memperingati ulang tahun pertama dijadwalkan berlangsung pada Sabtu di kota-kota lain di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Cile. Beberapa demonstrasi untuk mendukung Israel juga direncanakan pada akhir pekan.

Kecaman terhadap agresi Israel

Para demonstran menyuarakan kecaman mereka terhadap agresi Israel dan menunjukkan solidaritas kepada warga Gaza, yang mengalami serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya baik terhadap warga sipil maupun infrastruktur, yang diperparah dengan kondisi yang tidak manusiawi dalam pengepungan. Agresi brutal Israel juga telah menyebar ke Lebanon, yang semakin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Pada 5 Oktober, ribuan orang berkumpul untuk mengikuti pawai "Free Palestine", yang dimulai dari Russell Square di London menuju Whitehall, menyoroti seruan yang sedang berlangsung untuk keadilan dan gencatan senjata segera.

London menjadi tuan rumah demonstrasi yang signifikan sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan Lebanon, di mana para pengunjuk rasa menyerukan kepada pemerintah Inggris untuk menghentikan penjualan senjata ke "Israel". Selama acara tersebut, gambar-gambar martir Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dipajang dengan jelas.

REUTERS | AL MAYADEEN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus