Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Survei: Dukungan untuk Kanselir Olaf Scholz di Rekor Terendah

Sebuah survei menemukan dukungan untuk Olaf Scholz di rekor terendah.

9 Januari 2024 | 13.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tabloid Bild pada Senin, 8 Januari 2024, mempublikasi laporan kalau dukungan untuk Kanselir Jerman Olaf Scholz menurun hingga ke rekor terendah. Data itu diperoleh lewat sebuah survei yang dilakukan INSA polling institute, dimana sebanyak dua pertiga warga Jerman yang mengikuti jajak pendapat ini menginginkan Scholz mengundurkan diri sebelum jatuh jadwal pemilu berikutnya, yang dijadwalkan pada Oktober 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak 64 persen responden mengatakan pada INSA kalau Kanselir Scholz harus mengosongkan jabatannya dan menyerahkannya pada Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius. Kurang dari satu perempat warga Jerman menentang kemungkinan itu.

 

Hasil jajak pendapat juga menemukan responden menduga Scholz akan kalah dalam pemilu melawan siapapun rivalnya. Hanya 23 persen responden yang bersedia mendukung Kanselir Scholz melawan Friedrich Merz, Ketua Oposisi Christian Democratic Union (CDU). Merz dalam survei ini mendapat dukungan 26 persen.

 

Scholz telah kehilangan dukungan publik cukup lama. Jajak pendapat YouGov yang dilakukan pada awal Desember 2023 menemukan ada 74 persen warga Jerman yang yakin Scholz menjalankan tugas sebagai Kanselir Jerman dengan buruk. Hanya 20 persen responden yang melihat kinerja Scholz dalam aspek positif. Sebanyak 73 persen responden menyebut mereka tidak gembira dengan kinerja keseluruhan kabinet Scholz.

Markus Soeder, Ketua Christian Social Union (CSU), yang dikenal suka mengkritisi pemerintahan Scholz, pada November 2023, memperingatkan Jerman dalam krisis yang serius, khususnya dalam hal anggaran dan kebijakan yang gagal. Dia menambahkan Pemerintah Jerman sudah bangkrut dan pemerintah pusat hanya mengandalkan strategi subsidi dalam mengatasi kenaikan harga-harga akibat hilangnya pasokan suplai energi dari Rusia. Bukan hanya itu, Soeder juga mengkritisi Berlin karena memprioritaskan bantuan militer untuk Ukraina ketimbang keamanan negara. 

Sumber : RT.com

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus