Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kolom

Alip Ba Ta

Tanpa banyak bicara, Alip telah melaksanakan salah satu poin penting dalam Undang-Undang Bahasa, yaitu internasionalisasi bahasa Indonesia. Sementara itu, para pesohor Indonesia yang menjadi YouTuber lebih suka cas-cis-cus menggunakan bahasa asing.

14 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tendy K. Somantri*

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SHADY Sae, seorang pemuda berkulit hitam, berlari-lari kecil di bawah gerimis di salah satu sudut Kota London. Dia mencari orang-orang yang bersedia mengikuti program kuis singkat untuk ditayangkan di kanal YouTube-nya. “Today is Indonesia’s independence day,” ujarnya kepada peserta kuis jalanan itu. Kemudian dia menanyakan letak negara Indonesia dalam peta dunia. Empat laki-laki muda yang mendapat kesempatan pertama tidak bisa menjawabnya. Pada kesempatan kedua, dua perempuan muda berhasil menebak letak negara Indonesia. “Asia…?” Terdengar seperti kurang yakin. Shady langsung memberikan hadiah uang sambil meminta kedua perempuan itu mengucapkan selamat hari kemerdekaan kepada Indonesia dan berteriak, “Merdeka!”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapakah Shady Sae? Mengapa dia mau berhujan-hujan “merayakan” kemerdekaan Indonesia di Kota London? Shady adalah warga Inggris yang menjadi naravlog dan reaktor YouTube. Dia mulai antusias mempelajari Indonesia sejak tahun lalu (berdasarkan catatan di YouTube). Antusiasme Shady tampaknya (juga) mulai muncul ketika dia melihat penampilan seorang gitaris fingerstyle Indonesia, Alip Ba Ta. Dari jejak di YouTube, muatan-muatan kanal YouTube-nya dipenuhi video reaksi terhadap penampilan Alip Ba Ta. Setelah itu, berbagai muatan tentang Indonesia dia unggah, termasuk peristiwa demonstrasi penolakan omnibus law, yang diunggah pada 7 Oktober 2020.

Selain Shady Sae, banyak naravlog dan reaktor YouTube yang tersihir oleh kepiawaian Alip Ba Ta bermain gitar. Salah satunya lelaki yang mengaku bernama Mike dengan nama YouTube Samurai Kid Music. Dia adalah reaktor pemain biola profesional dan guru musik di Kanada. Hal yang menarik dari Mike adalah pengakuannya ingin belajar bahasa Indonesia secara serius.

Saya belajar bahasa Indonesia selama satu bulan. Mari kita lihat apakah saya bisa memahami video ‘Didi Kempot’ ini! Didi Kempot luar biasa! Dalam video ini saya juga menjelaskan mengapa saya ingin belajar bahasa Indonesia.” Demikian Mike menulis dalam salah satu video unggahannya di kanal YouTube. Mengapa Mike ingin belajar bahasa Indonesia? Dia ingin berfokus menganalisis permainan gitar Alip Ba Ta!

Sehebat itukah Alip Ba Ta? Ya! Gitaris bernama Alif Gustakhiyat kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, ini memang luar biasa. Dia memiliki 3,03 juta pelanggan (subscriber)! Itu jumlah menakjubkan untuk seorang YouTuber yang bukan dari kalangan pesohor. Boleh jadi, para reaktor video ingin kecipratan rezeki dari para aliper (fan Alip Ba Ta). Pada umumnya, reaktor video Alip Ba Ta berusaha belajar bahasa Indonesia untuk mendalami kehebatan Alip Ba Ta bermain gitar dan berkomunikasi dengan aliper.

Terlepas dari apa pun motivasi para reaktor video Alip Ba Ta itu, ada dampak positif pada perkembangan bahasa Indonesia yang “tanpa sengaja” muncul dari fenomena Alip Ba Ta ini. Padahal gitaris yang konon bekerja sebagai operator forklift di Bekasi, Jawa Barat, itu irit sekali bicara. Alip selalu tampil sederhana dengan ciri khas topi, kaus, celana cingkrang, terkadang dengan kopi dan rokoknya.

Fenomena Alip Ba Ta mengingatkan saya akan mendiang Masmimar Mangiang—salah seorang jurnalis yang peduli terhadap bahasa Indonesia—yang pernah berpendapat tentang pengantarbangsaan (internasionalisasi) bahasa Indonesia. Menurutnya, hanya ada tiga cara bila kita ingin bahasa Indonesia mendunia: kekuasaan politik, kekuasaan ekonomi, dan kekuasaan teknologi.

Cara pertama, melalui kekuasaan politik seperti yang dilakukan bangsa-bangsa penjajah pada zaman penjajahan, tidak mungkin terjadi. Indonesia tidak pernah berniat melakukan invasi seturut kebijakan politiknya. Cara kedua, melalui kekuatan ekonomi seperti yang dilakukan negara-negara adikuasa dan negara maju, juga sulit dilakukan. Indonesia masih belum punya kekuatan ekonomi untuk menguasai negara atau bangsa lain. Satu-satunya harapan adalah cara ketiga, melalui teknologi. Lho, memangnya teknologi Indonesia sudah maju?

Itulah hebatnya teknologi! Indonesia tidak perlu secara khusus membangun dan memiliki kekuatan teknologi. Indonesia tidak perlu menciptakan robot, komputer, atau gawai yang canggih. Semua sudah tersedia. Warga dunia pun menggunakan teknologi yang sama.

Apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk menduniakan bahasa Indonesia melalui teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang maju begitu pesat? Banyak! Namun pada intinya Indonesia hanya perlu membuat muatan-muatan yang menarik publik dunia. Salah satu contohnya adalah yang dilakukan oleh Alip Ba Ta. Tanpa banyak bicara, Alip telah melaksanakan salah satu poin penting dalam Undang-Undang Bahasa, yaitu internasionalisasi bahasa Indonesia. Sementara itu, para pesohor Indonesia yang menjadi YouTuber lebih suka cas-cis-cus menggunakan bahasa asing.

Fenomena Alip Ba Ta ini bisa menjadi hikmah juga untuk para pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Kita bisa melihat, rupanya, di dunia maya banyak peminat bahasa Indonesia tapi kurang mendapat informasi dan cara belajar bahasa Indonesia. Tidak ada salahnya kita mengambil manfaat dari perkembangan teknologi walaupun bukan merupakan setingan kita—seperti Korea Selatan mengeset drama, musik, dan film untuk pemasaran budaya mereka.

*) PENULIS ADALAH PENGAJAR DI FAKULTAS ILMU SENI DAN SASTRA UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG DAN EDITOR BAHASA MAJALAH TRUCKMAGZ
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus