Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Asal-usul kata muslihat di kamus.
Lema ini dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dan Loan-words in Indonesian and Malay dimaknai dengan nuansa negatif.
Tidak ada nuansa negatif pada makna yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Fariz Alnizar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengajar Linguistik Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKALI tempo saya mengirim pertanyaan ke kanal Telegram sebuah grup percakapan yang berkonsentrasi membahas hal ihwal bahasa Indonesia. Saya melihat banyak pemerhati, penikmat, dan peneliti yang menaruh perhatian pada bahasa Indonesia berkumpul di grup itu. Pertanyaan yang saya utarakan soal asal-usul kata muslihat.
Pertanyaan itu direspons salah satu anggota grup dengan sebuah informasi bahwa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring menyediakan info etimologi bagi pengguna yang sudah terdaftar. Jawaban itu lengkap dengan tangkapan layar yang berisi penjelasan etimologi kata muslihat: Arab مَصْلَحَةٌ maṣlaḥah “kebaikan” dan Arab صَلَحَ ṣalaḥa v “baik; pantas; unggul”. Tidak hanya tertambat di situ, KBBI daring juga melengkapi informasi sumber etimologi tersebut berasal. Dalam kasus lema muslihat tertulis sumber Russell Jones, Loan-words in Indonesian and Malay (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).
Terus terang saya baru tahu bahwa KBBI daring sudah melakukan usaha yahud yang mustahak diacungi ibu jari ini. Sebuah usaha yang makin memperkaya wawasan tentang bahasa Indonesia.
Merasa kurang puas terhadap informasi tersebut, saya meramban ke halaman SEALang Library. Saya tuliskan kata kunci “muslihat” pada kolom pencarian dan sekonyong-konyong sebuah informasi tentang muasal kata tersebut tersaji di layar komputer jinjing saya. Ada tiga kata yang disematkan sebagai padanan kata muslihat: ruse, attempt, effort.
Tiga entri yang dijadikan padanan kata muslihat semukabalah dengan yang dicatat oleh W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Dalam kamus tersebut lema muslihat diartikan: daya upaya, tipu daya, siasat dan taktik.
Naga-naganya makna utama lema muslihat adalah soal tipu-menipu. Lema ini oleh Poerwadarminta dan Russell Jones dimaknai dengan nuansa negatif. Ini berbeda dengan yang dicatat oleh KBBI (baik daring maupun luring), yang mengartikannya sebagai daya upaya, siasat, dan taktik. Tidak ada nuansa negatif pada makna yang diberikan oleh KBBI. Padahal kita tahu, jika ada frasa tipu muslihat, frasa tersebut dimaksudkan untuk melukiskan sebuah pekerjaan yang tidak bernilai positif.
Terlepas dari penyematan makna yang diberikan oleh pekamus, uniknya, di bawah tiga entri padanan kata muslihat yang tersua dalam SEALang Library tersebut terpahat sebuah informasi yang menyatakan bahwa muasal kata muslihat dari bahasa Arab maslahah.
Sampai di sini, saya makin masygul. Bagaimana mungkin muslihat yang berarti tipu daya berasal dari bahasa Arab maslahah yang maknanya adalah kebaikan? Kalau memang benar dari kata maslahah, semestinya muslihat tidak bergandengan dengan lema tipu yang menjadikannya negatif dan bermakna urusan tipu-menipu. Atau, kalau katakanlah benar dari bahasa Arab, semestinya ia berasal dari entri muslihah.
Alternatif jawaban terakhir ini pun tidak menyelesaikan persoalan. Musababnya jelas, dalam bahasa Arab, lema muslihah merupakan derivasi kata ashlaha yang berposisi sebagai isim fail (subyek/pelaku) yang artinya orang yang melakukan kebaikan. Muslihah oleh Mu’jam Araby diartikan dengan man da’a ilāl ishlah atau orang yang menyeru kepada kebaikan.
Atas dasar itu pula saya mulai ragu apakah benar entri muslihat yang ada di KBBI yang kita kenal selama ini dipinjam atau diserap dari bahasa Arab. Sebab, kajian terhadap makna yang disematkan terhadap lema muslihat sama sekali tidak ada kaitannya dengan makna asli lema muslihat dalam bahasa asalnya. Makna daya, upaya, apalagi taktik dan tipu daya sama sekali tidak ada korelasi makna dengan kata muslihah dalam bahasa Arab.
Meski harus diselisik lebih lanjut, saya sampai pada kesimpulan sementara bahwa beberapa informasi etimologi dalam KBBI daring harus ditelaah lebih jauh. Sejauh ini, sebagaimana yang terjadi pada etimologi lema muslihat, nasib yang semukabalah menimpa lema modin, yang secara etimologi diinformasikan berasal dari lema muazin. Padahal modin berasal dari akronim imamuddin, yang berarti pemuka agama atau orang yang bertugas memimpin ritual keagamaan. Modin secara etimologis bukan berasal dari lema muazin sebagaimana yang dicatat dalam KBBI daring. Sebab, muazin adalah orang yang mengumandangkan azan. Makna modin dan muazin jauh berbeda dan tidak ada kaitannya sama sekali.
Lalu pertanyaan yang mengemuka, jikalau kita memberi makna kata atau etimologi kata secara tidak tepat, apakah itu masuk kategori tipu muslihat? Silakan sidang pembaca yang menjawab. Walakin, semoga kita tetap cermat dan jeli memanfaatkan kata sehingga bahasa kita tetap menjadi bahasa yang bermartabat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo