Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Febry Silaban*
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK tahun lalu, jargon “Aman, Iman, dan Imun” gencar dikampanyekan pemerintah dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 untuk mencegah penularan virus corona. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menambahkan kata kunci keempat, yaitu “Amin”, sebagai pengingat untuk menghadapi ancaman pandemi Covid-19.
“Terakhir kita jangan lupa amin, artinya berdoa kepada Allah. Mudah-mudahan doa yang diucapkan seluruh bangsa dikabulkan. Kita butuh rahmat Allah untuk membasmi musibah ini,” katanya. Beliau mengimbau untuk menerapkan iman, imun, aman, dan amin sebagai ikhtiar lahir dan batin kita semua.
Kita lihat bahwa ada gaya permainan kata-kata dalam empat kata yang terdiri atas empat huruf ini. Jika diselisik lebih jauh, kata “iman”, “amin”, dan “aman” secara etimologis sebenarnya memiliki akar kata dan makna yang sama, kecuali kata “imun”. Tiga kata tersebut merupakan kosakata Indonesia yang diserap dari bahasa Arab.
Kata “amin” dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Arab dan diartikan sebagai “terimalah, kabulkanlah, demikianlah hendaknya”. Kata ini mengandung makna yang sama dengan bahasa yang serumpun dengan bahasa Arab, yaitu bahasa Ibrani amen, yang terdiri atas tiga huruf konsonan alef, mem, nun. Kata Ibrani ini artinya “pasti, sungguh, benar, jadilah demikian” (verily, truly, so be it).
Kata Ibrani amen berasal dari kata kerja aman, yang artinya “percaya”, “memercayai”. Dari akar kata inilah terbentuk kata “iman”. Kosakata (kata benda) bahasa Indonesia “iman” berasal dari serapan bahasa Arab amanu, yang artinya “kepercayaan”, “kesetiaan”, atau “keyakinan”. Itu berarti, secara etimologi, “iman” adalah “memercayai sesuatu” dan “aman pada sesuatu”, tapi juga sebuah sikap konfirmatif amen, yakni “benar, jadilah demikian, pasti, sungguh”.
Kata “iman” digunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, memercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-Nya.
Secara lebih luas, kata aman itu dapat diartikan sebagai keadaan yang benar atau tenteram dan dapat dipercayai atau diandalkan. Bahasa Indonesia menyerapnya menjadi kata “aman”, yang berarti “bebas dari bahaya, tenteram”. Dari kata aman, turun kata Ibrani emun atau emunah (kesetiaan) dan kata emet (kebenaran). Dalam bahasa Arab disebut amanah (dari huruf hamzah, mim, dan nun). Kata emunah atau amanah berarti “ketegasan, ketenteraman, ketenangan, hilangnya rasa takut” (firmness, stability, reliability).
Dalam bahasa Indonesia, kata “amanah” diartikan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan sifat seseorang yang dapat dipercayai. Orang yang amanah adalah orang yang tepercaya. Ya, kembali lagi ke asal kata “iman” dan “aman” tadi.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa, baik dalam bahasa Arab maupun Ibrani, kata-kata “iman, aman, dan amin” itu sangat berhubungan karena memang berasal dari kata dasar yang sama.
Bagaimana dengan kata “imun”? Kata “imun” merupakan kata sifat yang berarti “kebal terhadap suatu penyakit”. Prosesnya dinamakan “imunisasi” dan hasilnya disebut “imunitas”.
Kata “imun” sejatinya berasal dari bahasa Latin immunis. Kata immunis terdiri atas dua kata, in (tanpa) dan munus (tugas, kewajiban). Immunis sebagai kata sifat artinya “bebas dari kewajiban, bebas dari pekerjaan, kebal, bersih dari, suci dari, tak terhukum”.
Dari etimologi dan makna katanya, kata “imun” cukup berbeda dengan ketiga kata yang mirip sebelumnya. Kata “imun” ditambahkan ke jargon “iman, amin, aman” untuk tujuan permainan kata-kata atau jembatan keledai (pengingat) guna mengatasi penularan Covid-19.
Dikutip dari Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19, iman berarti beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Aman berarti patuh terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yang sering dikenal dengan istilah 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). Sedangkan imun dimaksudkan dengan istirahat cukup, olahraga teratur, tidak panik, bergembira, serta mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang. Terakhir, jangan lupa mengatakan amin, artinya berdoa kepada Tuhan dengan yakin dan sungguh-sungguh agar musibah virus corona ini bisa segera dibasmi dan dimusnahkan.
*) PEGIAT BAHASA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo