Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETUA Umum Partai Solidaritas Indonesia Kaesang Pangarep menjelaskan bahwa perjalanannya menggunakan pesawat jet pribadi ke Amerika Serikat pada Agustus 2024 hanyalah “nebeng” teman. “Numpang ke teman, kalau bahasa bekennya nebeng,” kata putra bungsu Presiden Joko Widodo itu. Pernyataannya memicu kontroversi tentang makna kata nebeng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia VI Daring, nebeng bermakna ikut serta (makan, naik kendaraan, dan sebagainya) dengan tidak usah membayar. Ia merupakan bentuk tidak baku atau cakapan dari menebeng, yang berarti menumpang (makan, merokok, membaca surat kabar, dan sebagainya) tanpa membayar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Definisi KBBI itu mengacu pada tindakan seseorang yang ikut dalam suatu perjalanan atau aktivitas tanpa mengeluarkan biaya dengan memanfaatkan fasilitas atau kesempatan yang disediakan pihak lain. Dalam perkembangannya, penggunaan kata itu meluas tidak terbatas pada konteks perjalanan atau kegiatan fisik semata. Misalnya seseorang bisa mencari pekerjaan dengan “nebeng” nama besar orang tua.
Soal tepat-tidaknya penggunaan kata nebeng oleh Kaesang, kita perlu memahami konteks pernyataannya. Kaesang menggunakan kata itu untuk menjelaskan keberadaannya di jet tersebut. Jika memang dia tidak membayar, penggunaan kata nebeng bisa dianggap tepat secara harfiah.
Walaupun dia memang menebeng, ada dugaan bahwa fasilitas itu termasuk gratifikasi, yang dihubungkan dengan statusnya sebagai anak presiden. Kaesang lalu datang ke Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memberikan klarifikasi mengenai masalah tersebut. Dia mengaku membayar biaya sewa Rp 90 juta per orang untuk penerbangan tersebut. Bila demikian, tidak tepat jika aktivitas itu disebut menebeng.
Pertanyaan lain yang muncul adalah apakah menebeng harus melibatkan orang yang ditebengi? Secara tradisional konsep menebeng memang berhubungan dengan keberadaan orang lain yang memberikan tumpangan, akses, atau fasilitas. Dalam perkembangan penggunaannya, orang lain itu tidak selalu harus hadir secara fisik bersama orang yang menebeng. Misalnya, orang bisa menebeng fasilitas kantor untuk keperluan pribadi secara diam-diam.
Fenomena menebeng sebenarnya mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi yang bisa dilihat sebagai bentuk upaya saling membantu sesama anggota masyarakat. Dalam perkara Kaesang, penggunaan kata nebeng menjadi isu sensitif karena berhubungan dengan transparansi dan etika seseorang dan keluarganya yang punya kedudukan tinggi di perpolitikan dan pemerintahan. Pertanyaan yang muncul bukan hanya soal apakah ada pembayaran dan siapa yang membayar, tapi juga menyangkut kewajaran dan konflik kepentingan yang berpotensi timbul.
Dari sudut pandang kebahasaan, perluasan makna nebeng menunjukkan bagaimana bahasa terus berkembang mengikuti perubahan sosial. Kata yang semula hanya merujuk pada tumpangan secara fisik itu telah meluas maknanya, yang mencakup pula pelbagai bentuk pemanfaatan kesempatan atau fasilitas secara tidak sah. Dalam KBBI, menebeng juga dimaknai sebagai kiasan yang berarti menutup-nutupi kejahatan (kesalahan).
Pada akhirnya, urusan “nebeng” Kaesang ini bukan hanya tentang ketepatan penggunaan suatu kata. Ini juga mengenai bagaimana kita memaknai dan menyikapi perilaku berbagi, memanfaatkan kesempatan, serta memahami batasan-batasan etisnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Nebeng"