Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Terlahir sekitar 50 hari yang lalu di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), kini bayi badak tersebut mulai beraktivitas secara normal. Badak yang terlahir dari pasangan Ratu dan Andalas pada Sabtu, 30 September 2023, tersebut dapat melakukan sejumlah aktivitas sebagaimana bayi badak pada umumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kondisi induk dan anak sehat,” kata Plt. Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, Hermawan, Rabu, 22 November 2023. Menurutnya, hari-hari si bayi diisi dengan aktivitas menggemaskan, mulai dari menyusu, berkubang, bermain dan bahkan sudah belajar makan dari induknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi berjenis kelamin betina itu lahir dengan berat badan sekitar 27 kilogram, sedangkan sekarang bayi yang belum memiliki nama ini memiliki bobot sekitar 75 kilogram. Berdasarkan laporan dokter hewan di SRS, Hermawan menyebut pertumbuhan berat badan anak badak terbilang normal dengan perkiraan pertambahan berat badan anak badak tersebut antara 900-1.000 gram/hari.
“Sejak kelahiran belum ada arahan dari Bu Menteri KLHK untuk penamaan anak badak tersebut,” ujar Hermawan ketika dihubungi dari Palembang.
Dalam keterangan pers sebelumnya, disebutkan kelahiran bayi badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas memperpanjang catatan tentang kisah dua sejoli badak Sumatera, Ratu dan Andalas.
Ratu merupakan badak asli TNWK yang diselamatkan setelah keluar kawasan TNWK ke Desa Labuhan Ratu, Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur pada tanggal 25 September 2005.
“Untuk mengamankannya dari ancaman perburuan dan kemungkinan tertularnya penyakit zoonosis, diputuskan bahwa badak Ratu perlu ditranslokasi ke SRS TNWK,” jelas Hermawan.
Sementara itu, badak Andalas lahir pada tanggal 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, Amerika Serikat dan merupakan anak badak hasil perkawinan antara badak Sumatera betina “Emi” dan badak Sumatera jantan “Ipuh”.
Badak Ipuh dan Emi merupakan badak Sumatera hasil translokasi dari kawasan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia melalui Ditjen PHPA bekerja sama dengan Sumatran Rhino Trust (SRT) pada periode tahun 1980-1994.
“Andalas mulai menghuni SRS TNWK sejak 21 Februari 2007 setelah melalui perjalanan udara yang melelahkan dari Amerika Serikat hingga tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta menyeberangi Selat Sunda,” ujar Sumadi Hasmaran, Manager SRS TNWK.
Menurut saksi sejarah pembangunan SRS TNWK ini, sejak dimulai upaya pengembangbiakan alami bersama badak Andalas pada akhir tahun 2009, badak Ratu telah berhasil melahirkan tiga ekor anak badak Sumatera, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), dan badak yang lahir September lalu.
“Pada kelahiran kali ini, badak Ratu melewati masa kebuntingan selama 478 hari hingga melahirkan pada hari Sabtu, 30 September 2023,” ujar Hermawan mengutip laporan dari tim dokter hewan SRS TNWK.
Kelahiran badak Sumatera kali ini seakan menyambut gelaran FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023 yang menggunakan kompatriot badak Sumatera, badak Jawa, sebagai maskotnya. Bacuya (badak cula cahaya), nama sang maskot, diharapkan berperan penting dalam mengajak masyarakat untuk datang ke stadion melihat para pesepak bola muda berkompetisi pada tanggal 10 November–2 Desember 2023.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.