Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki jejak panjang dalam pelarangan buku yang dianggap kontroversial atau berpotensi mengganggu ketertiban. Lebih dari 200 buku telah dilarang oleh pemerintah pada masa lalu, sehingga mengundang perdebatan tentang kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi. Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa buku terlarang yang pernah dirazia di Indonesia.
1.Benturan NU PKI 1948-1965 (Abdul Mun'im Dz)
Dilansir dari kontras.org, buku tersebut masuk sebagai daftar razia pada tahun 2018. Dilnasir dari Perpustakaan Monumen Pers Nasional, "Benturan NU PKI 1948-1965" adalah buku yang disusun oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) yang mengupas sejarah perselisihan antara NU dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Buku ini mencoba memberikan klarifikasi terhadap tuduhan yang pernah diarahkan kepada NU terkait PKI.
Pemahaman tentang sejarah ini menjadi penting karena NU dan PKI merupakan kelompok yang memiliki pengikut besar di Indonesia pada masa itu. Buku ini bertujuan untuk meresapi fakta sejarah dan merestorasi citra NU yang selama ini kerap disamakan dengan PKI.
2.Di Bawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
"Di Bawah Lentera Merah" adalah buku yang mengulas periode penting dalam sejarah Indonesia ketika gagasan kebangsaan mulai muncul melalui gerakan organisasi seperti Sarekat Islam Semarang. Buku ini menggunakan sumber data seperti kliping koran dari tahun 1917-1920-an dan wawancara dengan tokoh-tokoh sejarah.
Menurut Good Reads, buku ini memuat gagasan transformasi modernisasi berkembang dari wacana tradisional ke wacana modern. Melalui buku ini, penulisnya, Soe Hok Gie, membawa kita untuk memahami perubahan penting dalam sejarah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
3.Tetralogi Buru (Pramoedya Ananta Toer)
Tetralogi Buru terdiri dari empat judul buku yang mencakup "Bumi Manusia," "Anak Semua Bangsa," "Jejak Langkah," dan "Rumah Kaca." Buku-buku ini dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru karena dianggap membawa paham kiri. Meskipun karyanya dihargai secara luas, Pramoedya Ananta Toer mengalami pelarangan dan kesulitan dalam menyebarluaskan karyanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
4.Si Rangka (Riyono Pratikto)
"Si Rangka" adalah kumpulan cerita pendek karya Riyono Pratikto yang mengangkat tema alam gaib yang misterius dan menyeramkan. Buku ini menciptakan gambaran tentang dunia supranatural yang tidak begitu dikenal oleh banyak orang. Meskipun buku ini memiliki elemen fiksi, beberapa pihak melihatnya sebagai kontroversial karena tema-tema yang diangkat.
5.Djejak Langkah (Bakrie Siregar)
Djejak Langkah adalah novel yang ditulis oleh Bakrie Siregar, seorang penulis dengan aliran sosialis. Novel ini memuat cerita tentang kehidupan masyarakat pada masa itu dan menghadirkan aspek sosial yang kuat.
Dikutip dari situs perpustakaan Universitas Indonesia, buku ini menggambarkan perubahan dalam masyarakat dengan latar belakang sejarah Indonesia. Meskipun memiliki nilai sastra yang tinggi, buku ini juga menjadi kontroversial karena pemahamannya tentang keadaan sosial-politik pada saat itu.
Pelarangan buku-buku ini dianggap menghalangi kebebasan berekspresi dan membatasi akses informasi masyarakat. Meskipun beberapa buku telah dilarang di masa lalu, perdebatan tentang pelarangan buku tetap menjadi topik penting dalam diskusi seputar kebebasan berpendapat di Indonesia.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | HARI TRI WASONO | RAHMAT AMIN SIREGAR
Pilihan Editor: Pedagang Bilang Razia Buku Besar-besaran akan Sia-sia