Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Arson Di Kandang Banteng

Pembakaran kendaraan di Jawa Tengah diduga terorganisasi dan dilakukan orang terlatih. Gubernur Ganjar Pranowo menengarai ada kaitannya dengan pemilihan presiden.

16 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NOVIALIN langsung menyibak gorden di kamar tidurnya begitu mendengar ledakan dari pekarang-an rumahnya di Perumahan Beringin Asri, Ngaliyan, Semarang, pada Senin dinihari tiga pekan lalu. Dari balik jendela, ia melihat api menjalar di dua sepeda motor miliknya yang diparkir di pelataran. Perempuan 27 tahun ini segera membangunkan suaminya, Gumilang Rangga Saputra.

Begitu terbangun, Gumilang berlari menuju pekarangan dan memutar keran air untuk memadamkan api yang membakar badan tunggangannya. Sedangkan Novialin menenangkan anaknya yang masih bayi supaya tangisnya tak makin menderu. “Peristiwa ini diawali suara sepeda motor yang berhenti di depan rumah dan diikuti dengan ledakan,” ujar Novialin menceritakan ulang kejadian tersebut, Kamis pekan lalu.

Menurut Novialin, jeda antara suara sepeda motor berhenti dan ledakan kurang dari satu menit. Sebelum kendaraan roda dua itu berhenti, Novialin sudah terjaga. Ia yakin pembakaran di depan rumahnya berhubungan dengan penunggang sepeda motor yang masih misterius tersebut.

Setelah api padam, Gumilang melaporkan peristiwa itu ke polisi, yang langsung mengolah tempat kejadian. “Pelaku diduga menggunakan molotov,” ujar juru bicara Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Komisaris Besar Agus Triatmaja.

Sebelum insiden di rumah Novialin, polisi mencatat sudah ada enam kejadian serupa di Kota Semarang. Kesamaannya, pembakaran terjadi pada dinihari. Bedanya, peristiwa sebelumnya mengincar kendaraan roda empat. Selain di Kota Semarang, pembakaran oleh orang tak dikenal itu terjadi di Kendal, Grobogan, dan Kabupaten Semarang. “Sejak Desember lalu, sudah ada 28 kejadian,” kata Agus Triatmaja. Total kendaraan yang terbakar 28 mobil dan 10 sepeda motor.

Dari 28 peristiwa, menurut polisi, hanya dua yang terekam kamera pengawas atau CCTV. Salah satunya insiden di Perumahan Pudak Payung Asri, Semarang. Dalam rekaman, terlihat seseorang yang berjaket dan mengenakan helm memarkir sepeda motornya di dekat tiang lampu. Lalu ia berjalan sambil menoleh kiri-kanan, melihat-lihat keadaan sekitar, sambil meregangkan kedua tangannya.

Orang itu kembali ke dekat sepeda motor dan melemparkan sesuatu ke pekarangan rumah. Beberapa saat kemudian, dalam rekaman, tertangkap adanya ledakan. Menurut juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, rekaman CCTV itu kini sedang diuji unit Indonesia Automatic Fingerprint Identification System atau Inafis dan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri. “Gambarnya agak kabur. Kalau nanti tidak bisa terdeteksi, akan kami kirim ke London untuk memperjelas citra wajah,” ujarnya, Jumat pekan lalu.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengumpulkan informasi seputar rentetan kejadian tersebut. Berdasarkan informasi yang diterimanya, di semua lokasi tempat terjadinya peristiwa itu, masyarakat tak sedang menghadapi masalah, seperti terlibat utang-piutang, tawuran dengan kampung lain, atau perang antargeng pemuda. Menurut Ganjar, motif ekonomi pelaku juga tak ditemukan lantaran tidak ada satu pun kendaraan atau barang milik warga yang hilang.

Ganjar mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan penegak hukum yang dia terima, pelaku diduga tidak membawa telepon seluler saat melakukan perbuatannya. Pada menit kejadian, tidak ada nomor asing yang terekam di menara base transceiver station atau BTS. “Pola ini terlalu rapi dan pasti dilakukan oleh orang-orang tertentu dan terlatih,” ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, Rabu pekan lalu.

Temuan tersebut dilaporkan Ganjar kepada Presiden Joko Widodo ketika Presiden berkunjung ke Semarang pada awal Februari lalu. Ketika itu, menurut Ganjar, Presiden Jokowi memerintahkan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Condro Kirono dan Panglima Komando Daerah Militer Diponegoro Mayor Jenderal Mochamad Effendi mencari pelakunya. “Beliau bilang peristiwa ini tidak bisa dibiarkan dan harus diselesaikan untuk menenangkan masyarakat,” kata Ganjar.


 

Ganjar mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan penegak hukum yang dia terima, pelaku diduga tidak membawa telepon seluler saat melakukan perbuatannya. Pada menit kejadian, tidak ada nomor asing yang terekam di menara base transceiver station atau BTS. “Pola ini terlalu rapi dan pasti dilakukan oleh orang-orang tertentu dan terlatih,” ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, Rabu pekan lalu.

 


 

Selama ini, menurut Ganjar, Jawa Tengah adem-ayem dan relatif tak punya potensi konflik. Wilayah ini dikenal sebagai “kandang banteng”. Pada 2014, PDI Perjuangan menangguk hampir seperempat dari total jumlah suara. Lima tahun lalu, di sini, Jokowi-Jusuf Kalla menang telak atas lawannya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Juru bicara kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, enggan menanggapi pernyataan Ganjar bahwa Presiden Jokowi memberikan perhatian khusus terhadap serangkaian pembakaran kendaraan di Jawa Tengah. “Saya akan cari tahu dulu,” ujarnya. Sedangkan juru bicara Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, menyebutkan Istana memang meminta polisi segera mengungkap kasus ini dan mengambil langkah agar insiden serupa tak meluas.

Toh, pembakaran kendaraan kembali terjadi setelah Ganjar menghadap Jokowi. Mobil angkutan kota Mitsubishi Colt T berkelir hijau yang terparkir di halaman minimarket Lestari Jaya di Desa Tegowanu Wetan, Grobogan, ludes dilahap api pada Rabu dinihari pekan lalu. Sehari kemudian, Ganjar menggelar rapat bersama Inspektur Jenderal Condro Kirono dan Mayor Jenderal Mochamad Effendi di rumah dinas Gubernur Jawa Tengah.

Dalam rapat, menurut Ganjar, ia menyampaikan akan menyurati semua kepala daerah agar kembali menggalakkan sistem keamanan lingkungan atau siskamling dan memasang CCTV. “Tentu dengan dibantu oleh polisi dan TNI,” ucap Ganjar.

Condro Kirono mengatakan sudah membentuk tim khusus untuk menanggulangi teror di wilayahnya. Pada malam hari, personel yang bertugas lebih banyak ketimbang biasanya. Bala bantuan pun dikerahkan ke daerah rawan. Di Semarang, ada tambahan 750 polisi. Sedangkan di Kendal, masuk 200 personel. “Totalnya ada 1.200 personel yang akan masuk ke kelurahan,” tuturnya.

Hasil rapat dengan Kepala Polda dan Panglima Kodam dilaporkan Ganjar kepada Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, “Ada motif memberikan ketakutan menjelang pemilihan presiden,” ujar Ganjar. Pemerintah pusat langsung menanggapi. Pada Senin pekan lalu, Tjahjo Kumolo, misalnya, menyebutkan teror di Jawa Tengah dilakukan secara terorganisasi.

Juru bicara Komando Daerah Militer Diponegoro, Kolonel Zaenudin, meminta masyarakat tak berspekulasi mengenai pelakunya. Menurut Zaenudin, para pembakar kendaraan masih dicari polisi. TNI pun membantu dengan memberikan pengamanan.

Hingga Jumat pekan lalu, polisi belum menemukan penebar teror. Namun juru bicara kepolisian, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, memastikan pembakaran tersebut disengaja alias arson dan terorganisasi. Salah satu indikasinya, bahan bakar yang digunakan di semua tempat kejadian sama. “Unsur-unsur persisnya sedang didalami lebih jauh, misalnya apakah minyak tanah saja atau ada unsur bensinnya atau yang lain,” ujarnya.

HUSSEIN ABRI, AHMAD FAIZ, EDI FAISOL (SEMARANG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus