Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JARUM jam mendekati pukul 07.30 ketika Emiliana Rampe Ada dan lima rekannya tiba di dermaga rakyat Ketapang, Manokwari, Papua Barat. Saat sebuah perahu merapat, rombongan itu segera naik untuk menyeberang ke Pulau Mansinam. Di sana mereka bertugas mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Satu Atap Mansinam. “Setiap hari seperti ini,” kata Emilia kepada Tempo yang mengikuti aktivitasnya, Rabu, 30 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emilia tinggal di kawasan timur Kota Manokwari. Untuk mencapai dermaga penyeberangan di sebelah utara kota, ia harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit menggunakan ojek. Ia lalu naik perahu motor bercadik membelah Teluk Dore selama sekitar 15 menit. “Kalau laut sedang tenang seperti sekarang, 10-15 menit juga sampai,” ujar Emilia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sela rutinitas itu, perempuan yang lahir di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 32 tahun lalu ini mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7. Selama mengikuti program buatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tersebut, Emilia mendapat bimbingan dari Krisye Kloudia Adimin, guru matematika Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Manokwari, Papua Barat.
Setelah menyelesaikan program Guru Penggerak angkatan kedua pada tahun lalu, Isye—panggilan Krisye—memang terpilih menjadi guru praktik bagi peserta PGP Angkatan 7 di Manokwari. Tugas guru praktik adalah mendampingi para peserta program ini di angkatan berikutnya. “Saya baru mengenal Ibu Isye setelah lolos seleksi program,” Emilia bercerita.
Setelah mengenal Isye lewat PGP, Emilia mengaku makin banyak mendapat pencerahan. Dia juga sering curhat mengenai persoalan-persoalan yang ia hadapi saat mengajar para siswa di sekolah kepada Isye. “Waktu itu saya merasa sudah sangat bosan mengajar, begitu-begitu saja. Begitu daftar Guru Penggerak, saya seperti mendapatkan tenaga lagi.”
Salah satu inspirasi yang ia dapatkan ialah inovasi mengajar menggunakan alat peraga serta memanfaatkan alam sekitar. Kebetulan Emilia dan Isye sama-sama mengajar matematika. “Ibu Isye pernah datang ke sekolah kami di Mansinam, dia juga sempat membantu mengajar.”
Dari PGP dan obrolan-obrolan dengan Isye, Emilia mulai belajar memahami karakter para siswa. “Anak-anak di sini terbiasa bermain di pantai, jadi bosan kalau hanya belajar di kelas,” tutur Emilia. Ia pun tergerak untuk mengadakan kelas di pinggir pantai berbekal kertas yang ditempelkan pada dahan pohon serta sejumlah alat peraga.
Cara ini cukup berhasil. Siswa jadi makin bersemangat belajar. Hal itu terbukti tatkala Emilia terlambat datang ke sekolah, misalnya akibat kondisi cuaca yang kurang baik sehingga ia sulit menyeberang ke Mansinam. Para murid kini setia menanti kehadiran Emilia meski pelajaran harus berlangsung pada akhir jam sekolah.
Inovasi metode pembelajaran yang berpusat pada murid memang menjadi salah satu poin dalam PGP. Dari Isye, Emilia belajar untuk lebih peka terhadap kebutuhan murid. Misalnya, ketika para siswa mulai terlihat mengantuk di dalam kelas, Isye menyarankan Emilia melakukan kegiatan ice breaking.
Isye menilai Emilia punya semangat tinggi mengikuti PGP. “Semangat dia tinggi sekali. Rumahnya jauh, tapi tak pernah lelah mengajar di Pulau Mansinam.” Isye mengungkapkan, sekali dalam sebulan ia bisa berkunjung ke Mansinam.
Sebagai guru praktik, Isye juga membimbing empat guru lain yang tengah mengikuti PGP Angkatan 7 di wilayah Papua Barat. “Dua orang sekolahnya di Kota Manokwari, tiga lainnya, termasuk Ibu Emilia, lokasinya cukup jauh.” Meski tak terlalu sering bertemu, Isye kerap menyediakan waktu untuk bersemuka dengan para guru melalui aplikasi Zoom Meeting.
Kepala SMPN 19 Mansinam, Pieter Zadrak Rumbruren, berharap keberadaan guru penggerak di sekolahnya akan membuat sekolah di pulau tempat datangnya agama Kristen di Papua itu lebih maju dan mampu bersaing dengan sekolah di kota. “Perubahan itu sudah terasa meski perlahan. Antusiasme siswa dalam belajar terasa meningkat,” kata Pieter.
PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo