Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Partai Prima dibentuk para bekas pengurus Partai Rakyat Demokratik.
Mereka mendapat dukungan dari Gautama Wiranegara.
Gautama adalah purnawirawan mayor jenderal yang lama berdinas di bidang intelijen.
SEBUAH rumah dua lantai di kawasan Tebet Dalam, Jakarta Selatan, masih riuh pada Kamis malam, 9 Maret lalu. Para penghuninya, relawan Partai Rakyat Adil Makmur (Partai Prima), mondar-mandir ke kamar di lantai dua. Di lantai dasar, tiga perempuan sibuk mengetik dan menelepon. Pengurus Partai Prima memakai rumah itu sebagai markas untuk mengolah dokumen pendaftaran peserta Pemilihan Umum 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ika Apriliani, seorang relawan Prima, bercerita bahwa dia dan rekan-rekannya bekerja lembur hingga dinihari saat tenggat pendaftaran partai pada pertengahan tahun lalu. Setelah Komisi Pemilihan Umum menyatakan partai ini gagal lolos menjadi peserta Pemilu 2024 tahun lalu, jumlah relawan menyusut. Relawan makin jarang hadir di markas partai setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan mereka pada 2 Maret 2023. Sebagian komputer untuk mengunggah data pun telah diambil pengurus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ika datang dari Pemalang, Jawa Tengah, dan meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai kantor desa. Dia melamar melalui situs Partai Prima menjadi relawan. Ika menolak mengungkap upahnya sebagai relawan. “Cukup untuk hidup di Jakarta karena Prima juga menyediakan mes dan makanan setiap hari,” ujarnya.
Di dalam rumah, dua spanduk berlogo Partai Rakyat Demokratik terpacak di tembok. Atribut Prima sama sekali tak tampak. Partai Rakyat Demokratik (PRD) didirikan para aktivis dan terlibat dalam aksi menentang rezim Soeharto yang otoriter menjelang Reformasi 1998. “Rumah ini awalnya kantor sekretariat PRD,” kata Sekretaris Jenderal Prima, Dominggus Oktavianus Tobu.
Tak seperti partai lain yang menghuni gedung bertingkat di jalan arteri Ibu Kota, rumah sekretariat Prima berada di jalan yang cuma dapat memuat sepeda motor. Teras rumah itu dipenuhi tumbuhan menjalar. Cat biru pada dinding rumah juga banyak yang terkupas. Dominggus menyebutkan rumah itu dikontrak sejak 2015.
Prima mengemuka setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan partai itu pada 2 Maret lalu. Majelis hakim memerintahkan pemungutan suara pada Februari tahun depan ditunda ke Juli 2025. “Menunda pemilu itu dalam rangka mengembalikan hak kami menjadi peserta,” ucap Ketua Umum Prima, Agus Priyono.
Agus sudah lama menjadi politikus. Ia aktivis Reformasi 1998 dan pernah menjadi Ketua Umum PRD. Di antara koleganya, dia beken dengan panggilan Agus Jabo. PRD pernah menjadi peserta Pemilu 1999 ketika Agus masih beraktivitas di partai itu. PRD hanya memperoleh 78.730 suara nasional dan gagal memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.
Setelah Pemilu 1999, sebagian pentolan PRD merapat ke partai politik lain. Di antaranya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Demokrat. Kader yang bertahan mendirikan partai baru untuk mengikuti pemilu. Mereka membentuk Partai Persatuan Oposisi Rakyat untuk Pemilu 2004 dan Partai Persatuan Pembebasan Nasional pada 2009. Seperti Prima, dua partai itu tak lolos verifikasi KPU.
Agus pun sempat hijrah ke Partai Gerindra. Dia didapuk menjadi Ketua Bidang Pemetaan Potensi Pemilih ketika Prabowo Subianto membentuk pengurus partai pada 2012. Status Agus yang pernah menjadi kader Gerindra dibenarkan Sufmi Dasco Ahmad. “Kami komunikasi waktu itu dan namanya terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,” ujar Ketua Harian Gerindra tersebut.
Prima memang digalang para bekas kader PRD. Selain Agus, Dominggus juga aktif di PRD. Sementara Agus masuk PRD sebelum 1996, Dominggus baru bergabung pada 1998. Dia waktu itu mahasiswa semester IV di Universitas Dr Soetomo, Surabaya.
Kiprah petinggi Prima di PRD membuat mereka berhubungan dengan intelijen. Pemerintah Orde Baru menuding kader PRD mendalangi sejumlah aksi demonstrasi anti-Soeharto. Beberapa kadernya kemudian diculik tentara dan masuk bui tanpa pengadilan. Sebagian dilepas, tapi ada yang tak pulang dan diduga dibunuh aparat, seperti penyair Wiji Thukul.
Hubungan dengan aparat tetap dibina pasca-Reformasi 1998. Dominggus bercerita, Gautama Wiranegara mendekati pentolan PRD setelah perubahan asas partai pada Kongres PRD 2010. Partai merombak asas dari demokrasi kerakyatan menjadi Pancasila. Gautama waktu itu berdinas sebagai perwira telik sandi di Badan Intelijen Negara. “Perubahan asas itu menarik Bang Gautama,” kata Dominggus.
Sebagian besar karier Gautama dihabiskan di bidang intelijen. Dia termasuk personel yang bergabung dalam proyek Charlie—sandi untuk program intelijen pada Detasemen 81 Antiteror Komando Pasukan Khusus. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merupakan penggagas proyek pelatihan telik sandi itu.
Ken Conboy, dalam Charlie: Special Operations in Indonesia 1988-1993, mencatat Gautama bergabung dengan Charlie ketika baru tamat dari akademi. Gautama lulusan Akademi Militer 1983. Buku itu juga menyebutkan Gautama ditugasi langsung oleh Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia. “Saya menjadi pelatih,” ujar Gautama.
Menjadi taruna Akademi Militer 1983, Gautama dekat dengan teman seangkatannya. Salah satunya Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, yang masuk Akademi Kepolisian. Keduanya satu barak ketika menjalani orientasi di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah.
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Prima, Gautama Wiranegara dalam acara Partai Prima di Jakarta, Oktober 2021. Youtube Prima TV
Kedekatan Gautama dengan Budi masih terjaga ketika mereka sudah menjadi jenderal. Gautama rutin mengirim ucapan selamat Lebaran kepada Budi. Sebaliknya, Budi sering mengirim buah tangan kepada Gautama. “Diberi salam tempel,” tuturnya.
Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi BIN Prabawa Ajie membenarkan kabar bahwa Gautama pernah berdinas di BIN. Menurut dia, kehadiran Gautama sebagai pengurus Prima tak berhubungan dengan operasi lembaganya. “Sudah pensiun dari BIN pada 2015,” kata Prabawa.
Gautama pensiun dari dinas militer dengan pangkat mayor jenderal pada 2018. Jabatan terakhirnya adalah Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Setelah menjadi purnawirawan, dia kembali berkumpul bersama teman-temannya di PRD.
Menurut Gautama, dia dan pengurus PRD menyelenggarakan pendidikan politik di Papua sejak 2018. Mereka menggandeng Aliansi Mahasiswa Papua. Kegiatan itu diklaim sudah berlangsung di 14 lokasi. Gautama mempunyai jaringan di Papua karena pernah memimpin satuan tugas intelijen Nusantara Bersatu yang meliputi Aceh, Maluku, dan Papua.
Gautama mendapat peran penting di Prima. Dia kini menjabat Ketua Majelis Pertimbangan Partai. Posisinya itu dipakai untuk mengajak para purnawirawan tentara dan polisi menjadi kader Prima. Sejauh ini, ada Teguh Soedarsono—bekas Kepala Divisi Pembinaan Hukum Kepolisian RI—yang menjadi Ketua Majelis Pakar Prima. Selain itu, Dedi Hernadi dan Chandra Rajasa yang pensiunan tentara ditugasi menjadi Ketua Majelis Pakar Prima di daerah.
Dua petinggi Prima menyebutkan Gautama ikut mendanai sebagian anggaran operasional Partai Prima untuk Pemilu 2024. Dimintai konfirmasi pada Rabu, 8 Maret lalu, Gautama mengatakan para kader ikut iuran. Kendati begitu, dia mengakui juga menyumbang ke Prima. “Kantor mesti hidup,” ujarnya. Egi Adyatama dan Fransisca Christy Rosana
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo