Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara tim nasional pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) Indra Charismiadji ditangkap oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Timur pada Rabu, 27 Desember 2023. Berdasarkan laporan Tempo, anggota timnas Amin Aziz Yanuar menyebut bahwa Indra menerima transaksi uang dari perusahaan yang diduga menggelapkan pajak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indra merupakan calon legislatif dari NasDem sekaligus Direktur Utusan Khusus Pendidikan Vox Populi Institute Indonesia. Di dunia pendidikan, ia kerap mengkritisi Kementerian Pendidikan dengan menyebut sebagai kementerian paradoks. "Karena kebijakan yang dihasilkan itu bertentangan dengan apa yang ingin mereka buat," katanya dalam diskusi Catatan Akhir Tahun Pendidikan pada 27 Desember 2020 silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga mengkritisi Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim yang menggunakan jargon Merdeka Belajar. Padahal, kata Indra, Merdeka Belajar ternyata merupakan merek dagang dari Najeela Shihab. Najeela adalah pemilik Sekolah Cikal sekaligus Dewan Pembina Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, mitra Kementerian Pendidikan. "Kenapa harus pakai jargon yang sama? Berarti kurang kreatif, hanya memakai apa yang sudah dipakai timnya," kata Indra.
Lewat laman indracharismiadji.com, Indra terjun ke di dunia pendidikan karena lahir dari keluarga pendidik. Hal itu membuatnya menggandrungi dunia pendidikan.
Lahir di Bandung 9 Maret 1976, Indra menempuh studi sarjana di University of Toledo, Amerika Serikat. Di sana, dia mengambil gelar ganda di bidang keuangan dan pemasaran. Masih di negara yang sama, ia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Dana University, Ottawa Lake. Indra juga pernah bekerja di beberapa perusahaan di Amerika Serikat. Mulai dari Merril Lynch, Omnicare, dan Dana Corporation.
Pada 2002, Indra memutuskan untuk kembali ke tanah air. “Di koran-koran dan televisi, saya selalu membaca, melihat, dan mendengar bahwa Indonesia sangat banyak masalah. Itu yang mendorong saya pulang ke Indonesia,” katanya dalam situs tersebut.
Sejak itulah ia mulai aktif dalam lini pendidikan di Indonesia. Padahal, ketika itu ia dia mengklaim sudah hidup cukup mapan bersama keluarganya di Amerika dengan gaji sekitar Rp 500 juta. Bahkan, kata dia, banyak teman yang sudah hidup nyaman di Amerika mencegahnya untuk pulang.
Di Indonesia, Indra memperkenalkan Computer-Assisted Language Learning atau CALL di berbagai lembaga pendidikan. Itu merupakan pembelajaran bahasa dengan bantuan komputer. Dia dikenal sebagai pemerhati dan praktisi pendidikan. Pada 2018, Indra mendapatkan penghargaan dalam Anugerah Pendidikan Indonesia dari Ikatan Guru Indonesia.
Setahun berikutnya, ia memimpin organisasi nirlaba dalam bidang pendidikan yang bernama Center for Education Regulations and Development Analysis atau CERDAS. Ia bertugas sebagai direktur eksekutif.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina di Perkumpulan Sekolah Digital Indonesia, Ketua Dewan Pembina di Harmoni Pendidik Pengajar Indonesia, Ketua Dewan Pembina di Asosiasi Guru Teknologi Informasi Indonesia, serta Dewan Pembina Ikatan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi PGRI.