Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PUSAT Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Bandung mengembangkan turbin baru untuk pembangkit listrik tenaga air mikro dan piko (PLT mikrohidro dan pikohidro). Pembangkit tipe ini bisa digunakan di kawasan dengan aliran air kecil seperti sungai di pedalaman, pegunungan, dan saluran irigasi.
Memanfaatkan sistem turbin dan generator yang dipasang di dalam pipa polivinil klorida (PVC), pembangkit ini mengkonversi energi aliran air menjadi listrik. PLT pikohidro LIPI mampu mengeluarkan daya listrik hingga 1.000 watt. Adapun daya dari pembangkit mikrohidro dapat mencapai 300 kilowatt.
Riset dan pengembangan turbin pembangkit ini dirintis oleh Anjar Susatyo sejak 2002. Peneliti lain yang bergabung dalam proyek ini adalah Ridwan Arief Subekti, Henny Sudibyo, Hendri Maja Saputra, Dalmasius Ganjar Subagio, dan Ahmad Rajani.
Turbin untuk teknologi pikohidro tersebut menjadi keluaran terbaru. “Pikohidro ini konsep baru, peluang pasar dan manfaatnya banyak,” kata Anjar, akhir April lalu.
Teknologi pembangkit listrik tenaga air belum sepenuhnya dikuasai di dalam negeri. Banyak yang masih mengacu pada teknologi dari luar negeri. Para peneliti LIPI tergerak untuk menguasai teknologi itu agar tidak bergantung pada negara lain.
Wilayah Indonesia yang memiliki pegunungan dan banyak sungai berpotensi besar dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga air. Kawasan aliran sungai yang kecil dengan beda ketinggian yang tidak terlalu tinggi sangat cocok sebagai lokasi pembangunan PLT mikrohidro dan pikohidro. “Teknologi ini akan sangat berperan besar dalam menunjang kemandirian energi nasional,” ujar Anjar.
Tim peneliti telah membuat tiga jenis turbin untuk sistem pembangkit. Turbin arus sungai digunakan untuk daerah dengan beda ketinggian kontur atau terjunan (head) 1-5 meter dan kapasitas listrik 500 watt-500 kilowatt. Tipe propeller/tubular dipakai di daerah dengan head 5-40 meter dan kapasitas daya listrik hingga 750 kilowatt. Lalu tipe crossflow dirancang untuk kawasan dengan head 5-100 meter dan kapasitas daya mencapai 750 kilowatt.
Pembangkit pikohidro bisa dipasang di kawasan sungai dan saluran irigasi dengan head sekitar 1,5 meter dan debit air dari 0,25 meter kubik per detik. PLT pikohidro yang memakai turbin arus sungai dengan head sangat rendah itu menjadi sumber energi terbarukan, melimpah, dan bebas polusi. Bentuknya lebih sederhana dibanding jenis turbin lain. Mobilisasi peralatan lebih mudah karena bobotnya yang ringan.
Menurut Anjar, PLT pikohidro mudah dioperasikan dan ongkos instalasinya rendah. Pekerjaan bangunan sipil pun sedikit sehingga biaya pembangunan bisa lebih ditekan. Pembangkit tipe ini juga ramah lingkungan dan tidak mengganggu populasi ikan. Satu unit pembangkit dihargai sekitar Rp 10 juta.
Unit turbin dan generatornya yang berbobot 17 kilogram ditempatkan di wadah tertutup. Generator dijamin aman dari banjir luapan air sungai. Ada pula saringan yang mencegah sampah masuk ke mesin. “Agar tidak hilang, alatnya harus diikat atau dipasang permanen,” tutur Anjar. “Sampah yang tertahan di sekitar mesin perlu dibersihkan berkala.”
Turbin dipasang di sisi sungai. Adapun panel yang berisi baterai, unit pengendali, dan pengubah tegangan listrik (inverter) bisa dipasang di rumah warga atau tempat pembagi listrik ke hunian pengguna. “Komponen panel mudah didapat di pasar lokal,” ucap Anjar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo