Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah orang yang pernah terinfeksi virus corona menilai ivermectin ampuh untuk mengobati penyakit Covid-19
Beberapa hasil riset di Eropa dan Australia menunjukkan ivermectin bisa mencegah kematian karena Covid-19, namun WHO meminta ada uji klinis yang lebih luas.
Sejumlah dokter di rumah sakit pemerintah dan BUMN telah meresepkan ivermectin untuk pasien Covid-19 sejak akhir 2020 lalu.
TUJUH jenis obat dan vitamin diterima oleh Misbah Hasan yang dinyatakan positif Covid-19 menjelang pertengahan Juni lalu. Berasal dari Angel of Life—organisasi filantropi yang membantu pasien Coronavirus Disease 2019—obat-obat itu berbahan kimia dan herbal. Antara lain, azitromisin, doksisiklin, Lianhua Qingwen, dan ivermectin. Saat itu, Misbah merasa kondisinya menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran itu mengonsumsi obat dan vitamin sesuai dengan aturan. Khusus ivermectin, Misbah hanya meminumnya pada hari pertama, keempat, dan ketujuh dengan dosis dua tablet, masing-masing 12 miligram. Obat cacing itu dilarutkan dalam setengah gelas air 30 menit sebelum makan. “Beberapa hari kemudian, badan saya membaik. Diare berhenti, batuk dan sakit tenggorokan pun hilang,” kata Misbah kepada Tempo, Jumat, 2 Juli lalu. Setelah 14 hari Misbah menjalani isolasi mandiri, tes usap antigen menunjukkan dia terbebas dari Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Angel of Life, Jeffrey Sumampouw, mengatakan lembaganya mendapatkan ivermectin dengan mengimpor langsung dari India. Ivermectin seperti yang dikonsumsi Misbah diproduksi perusahaan farmasi Healing Pharma. Jeffrey bercerita, ia juga memberikan ivermectin kepada anaknya pada Desember 2020 setelah mendengar khasiat obat itu dari rekannya di Angel of Life. Karena rumah sakit melarang pemberian obat dari luar, Jeffrey menyelundupkannya dalam bentuk air mineral yang telah dicampur dengan ivermectin. “Anak saya sembuh dalam waktu cepat,” ujar pelukis dan pengamat seni ini.
Infografis: Ivermectin dalam Angka
Jean Junjungan, 39 tahun, pekerja swasta, juga mengonsumsi ivermectin ketika sedang menjalani isolasi mandiri pada akhir Juni lalu. Setelah hari ketujuh, Jean yang sebelumnya kerap buang air dan menggigil mulai membaik. Pada Jumat, 2 Juli lalu, Jean mengaku sudah bisa membersihkan rumah meski tubuhnya masih lemas. Namun dia tak bisa memastikan efektivitas ivermectin karena juga mengonsumsi obat antivirus lain, obat herbal, dan vitamin.
Ivermectin terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai obat cacing. Diproduksi sejak 1975, ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit, seperti kaki gajah. Semenjak pandemi Covid-19 melanda, ivermectin digunakan sejumlah negara untuk pengobatan. Pada April lalu, misalnya, obat itu dibagikan untuk pasien Covid-19 di sejumlah wilayah di India dan sempat masuk daftar obat Covid-19. Namun Kementerian Kesehatan India belakangan mengeluarkannya dari daftar karena dianggap perlu penelitian lebih lanjut.
Pasien mendapatkan perawatan di tenda darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 24 Juni 2021. ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Theurapeutics pada 27 Juni lalu menyebutkan ivermectin mengurangi risiko kematian hingga 62 persen. Hasil itu didapat dari meta-analisis dari 15 percobaan terhadap 2.438 peserta. Pada April 2020, riset yang digelar oleh Monash Biomedicine Discovery Institute dan Peter Doherty Institute of Infection and Immunity—konsorsium University of Melbourne dan Royal Melbourne Hospital—menunjukkan ivermectin dapat menyetop pertumbuhan virus corona dalam kultur sel dalam waktu 48 jam.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan baru mengeluarkan izin edar ivermectin produksi Indofarma sebagai obat cacing pada 20 Juni lalu. Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengatakan diperlukan uji klinis untuk melihat apakah ivermectin dapat dijadikan obat Covid-19 atau tidak. “BPOM mengingatkan, ivermectin adalah obat keras yang bisa memberi efek samping jika digunakan tak sesuai dengan ketentuan,” kata Penny.
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia sekaligus Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Erlina Burhan, juga khawatir akan efek samping ivermectin yang dipakai oleh sejumlah orang untuk obat Covid-19. Dia menerangkan, sampai saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum merekomendasikan ivermectin sebagai obat Covid-19. “WHO hanya rekomendasikan untuk uji klinis saja. Kita belum pakai itu untuk obat Covid-19,” ujar Erlina.
Meski demikian, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan produksi ivermectin oleh PT Indofarma akan digenjot hingga 4,5 juta tablet per bulan. Harganya dibanderol Rp 5.000-7.000. Erick mengklaim obat itu akan bermanfaat untuk mereka yang terkena Covid-19.
•••
JAUH sebelum muncul polemik soal penggunaan ivermectin, sejumlah rumah sakit telah memberikan obat cacing itu untuk pasien Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19. Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation—operator grup rumah sakit badan usaha milik negara—Fathema Djan Rachmat mengaku ivermectin sudah diberikan sejak triwulan terakhir 2020. “Hasilnya cukup baik dan relatif aman untuk pasien,” kata Fathema kepada Tempo, Sabtu, 3 Juli lalu.
Menurut Fathema, rumah sakit BUMN memonitor semua pasien yang mendapat obat cacing itu. Mantan Direktur Utama Rumah Sakit Pelni ini menilai ivermectin bisa menghambat replikasi virus corona di dalam tubuh pada fase awal. Fathema pun mendukung keputusan Menteri BUMN Erick Thohir untuk meningkatkan produksi ivermectin oleh Indofarma.
Konfrensi pers Menteri BUMN Erick Thohir dengan Kepala BPOM Penny Lukiot mengenai persetujuan pelaksanaan uji klinik Ivermectin, di Jakarta, 29 Juni 2021. Dok BPOM
Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan, Budhi Antariksa, juga mengaku meresepkan ivermectin untuk pasiennya yang bergejala ringan. Ia bercerita, ada juga koleganya yang meresepkan obat tersebut. Meski ivermectin baru akan diuji klinis pada pekan ini di delapan rumah sakit, penggunaan obat tersebut tak dipersoalkan Budhi. “Situasi saat ini darurat. Obat ini bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ucap Budhi, yang juga anggota tim uji klinis ivermectin.
Lita—bukan nama sebenarnya—bercerita bahwa kakaknya yang dirawat di high care unit salah satu rumah sakit BUMN juga mendapat ivermectin. Ia mengetahuinya dari foto yang dikirimkan kakaknya, yaitu plastik obat transparan yang diberikan perawat. Dalam plastik itu, ada kertas kecil bertulisan “Ivermectin tablet 12”. Tertera pula dalam surat itu, obat diberikan pada hari pertama dan ketiga untuk pencegahan. Sedangkan untuk pengobatan, ivermectin diberikan sejak hari pertama sampai ketiga dan hari kelima. Hasilnya cespleng. Kakaknya berangsur membaik dan dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Baca: Menguji Manfaat Obat Cacing Ivermectin untuk Pasien Covid-19
Baca: Bagaimana Varian Delta Membuat Fasilitas Kesehatan Kalang-Kabut
Perempuan yang bekerja di perusahaan swasta itu mengaku mendapat informasi soal keampuhan ivermectin dari kawannya, Handaka Mukarta, pendiri Bank Ivermectin. Handaka mengaku membeli Ivermec, merek dagang distributor ivermectin, Harsen Laboratories, seharga Rp 220-250 ribu per 10 tablet. “Saya tidak menjual. Tapi, kalau sembuh, uangnya bisa dikembalikan,” kata Handaka.
DEVY ERNIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo