Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Kota-kota yang Mendadak Sunyi

Tak ada lagi keramaian di Italia sejak negeri itu ditutup. Banyaknya penduduk berusia tua menjadi salah satu faktor tingkat kematian tinggi dalam wabah virus corona.

14 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kota-kota Italia mendadak sepi setelah pemerintah memutuskan menutup negeri itu.

  • Banyaknya penduduk berusia tua menjadi salah satu faktor tingkat kematian tinggi dalam wabah virus corona.

  • Denmark memutuskan menutup pintu perbatasannya.

KOTA-KOTA Italia mendadak seperti kota mati. Petrus Dori, pastor asal Flores, Nusa Tenggara Timur, berkunjung ke Kantor Kepolisian Roma, yang tidak jauh dari Vatikan, untuk mengurus perpanjangan masa izin tinggal, Selasa, 10 Maret lalu. “Saya mendapati kantor itu tutup karena alasan virus corona,” kata Petrus, Jumat, 13 Maret lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahasiswa doktoral di fakultas pendidikan Università Pontificia Salesiana, Roma, itu hanya membaca pengumuman di pintu kantor yang meminta para tamu menghubungi mereka hanya melalui surat elektronik. Ia pun meninggalkan kantor itu dan melangkah ke lapangan di depan Basilika Santo Petrus. Tujuan favorit para wisatawan yang berkunjung ke Roma itu biasanya selalu ramai, tapi hari itu sepi pengunjung. “Yang kujumpai hanya para polisi dan penjaga keamanan di sekitar Vatikan,” ucap Petrus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengumumkan penutupan (lockdown) seluruh negeri pada Senin, 9 Maret lalu, ketika jumlah kasus terkait dengan Covid-19 mencapai 7.400. Hingga Sabtu, 14 Maret lalu, jumlah kasus mencapai 17.660 dan yang meninggal 1.266 orang, yang membuat Italia menjadi negara kedua dengan kasus corona terbanyak setelah Cina.

Pemerintah mengimbau penduduk tetap tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran virus corona. Conte menyatakan kebijakan ini diambil untuk melindungi orang-orang yang paling rentan. “Marilah kita saling menjauhi agar boleh saling merangkul kembali,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan televisi.

Suasana Saint Peter Square di Vatican, 11 Maret 2020. Reuters/Gugliemo Mangiapane

Perjalanan diizinkan dengan pembatasan ketat. Semua toko, restoran, kafe, dan museum ditutup. Hanya gerai makanan dan toko obat yang tetap buka. Bank, kantor pos, kantor-kantor pemerintah, dan tempat umum, seperti bioskop, juga ditutup hingga 2 April nanti. Berbagai kegiatan, termasuk pertandingan olahraga dan acara berkumpul, ditangguhkan. Sekolah dan universitas juga diperintahkan tutup.

Vatikan memerintahkan gereja-gereja Roma ditutup. Dekrit yang dikeluarkan Kardinal Angelo De Donatis, wakil Paus Fransiskus di Keuskupan Roma, ini berlaku hingga 3 April nanti dan berdampak pada lebih dari 900 paroki dan gereja bersejarah di Roma. Sebelumnya, Paus Fransiskus menghentikan audiensi umum dan perayaan misa harian di Kapel Santa Marta. Sekarang misa di sana hanya disiarkan lewat televisi setiap pagi.

Milan, salah satu kota favorit wisatawan, juga mendadak sunyi. Apartemen Veja Prata Ginting, warga negara Indonesia yang bermukim di kota itu, terletak di Viale Vincenzo Lancetti, sekitar 2 kilometer dari stasiun kereta Centrale dan biasa dilewati banyak orang yang berangkat atau pulang kerja. “Kini jalanan di sekitar apartemen saya sepi sekali. Hanya ada satu-dua orang yang lewat. Trem kosong dan bus diisi satu-dua orang,” tuturnya, Kamis, 12 Maret lalu.

Veja menuturkan, terakhir kali dia ke luar apartemen pada Senin, 9 Maret lalu, untuk belanja kebutuhan pribadi. “Supermarket tidak seramai sebelumnya. Saya melihat sedikit orang, semua dengan masker dan selalu menjaga jarak,” kata mahasiswa program master teknik mekanis Politecnico di Milano itu.

Menurut Veja, perubahan kebijakan pemerintah Italia tentang penutupan kawasan karena wabah corona terkesan mendadak dan membuat bingung dia dan rekan-rekannya. Kini semua kegiatan berkumpul dilarang. Selain itu, kalau hendak ke luar, penduduk harus membawa surat jalan karena akan diperiksa polisi secara acak. “Ada denda 206 euro atau ditahan tiga bulan kalau tidak membawa surat, bahkan dipenjara 1-12 tahun kalau ternyata positif terkena corona,” ucapnya.


 

Hingga 14 Maret lalu, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia mencapai 145.695. Sebanyak 5.436 pasien meninggal dan 72.550 sembuh. Data menunjukkan orang tua, terutama yang berusia 70 tahun ke atas, paling berisiko bila terjangkit virus corona.

 


 

Kota Cosenza di Provinsi Calabria, Italia selatan, juga sepi. Noven Hendranto, warga Indonesia yang tinggal di kota itu, mengatakan kini nyaris tak terlihat lagi aktivitas di tempat umum. Berbagai tempat hiburan, seperti diskotek dan kafe, tutup total. Restoran yang semula masih diperbolehkan buka hingga pukul 6 sore juga berhenti beroperasi. “Yang diperbolehkan buka sampai malam hanya supermarket dan apotek,” ujar mahasiswa jurusan ilmu koperasi dan pembangunan Università della Calabria itu.

Italia salah satu negara maju yang terkena dampak terburuk Covid-19 yang kini dinyatakan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Marina Della Giusta, profesor ekonomi di University of Reading, Inggris, menyatakan angka kematian yang tinggi dalam wabah Covid-19 di Italia ini terkait dengan fakta bahwa negara itu memiliki populasi orang tua terbanyak di Eropa dengan 60 persen dari sekitar 60 juta penduduknya berusia 40 tahun ke atas.

Kebanyakan pasien Covid-19 yang meninggal adalah kaum sepuh yang sudah memiliki masalah kesehatan. “Demografi Italia berdampak lebih besar dibanding banyak negara lain,” katanya kepada ITV.

Giusta juga menyebutkan faktor lain, yakni gaya hidup orang Italia yang senang berada di luar rumah dan menyentuh satu sama lain. “Ruang fisik antarpribadi di Italia jauh lebih dekat daripada di Inggris.”

Banyak ahli menilai pemerintah Italia juga terlambat mengambil kebijakan untuk mencegah wabah. Della Giusta, yang berasal dari Giusta di Italia, menyatakan banyak orang tidak mengisolasi diri dengan sangat serius saat sekolah pertama kali ditutup di daerah utara beberapa pekan lalu. “Ketika sekolah ditutup di Lombardy, banyak orang hanya menjemput anak-anak mereka dan pergi berlibur ke rumah peristirahatan mereka di pegunungan dan di tepi laut di daerah lain,” tuturnya. “Mereka pikir membuat anak-anaknya aman dengan membawa mereka pergi, tapi perilaku semacam ini benar-benar sangat merusak.”

Denmark menjadi negara kedua di Eropa yang menutup perbatasannya. Penutupan diberlakukan mulai Sabtu, 14 Maret lalu, hingga 13 April nanti. Semua penerbangan dari dan ke negeri itu dihentikan. Pengunjung akan diusir bila tak dapat memberikan alasan yang sah untuk masuk, seperti bukti bahwa dia warga negara Denmark atau orang asing yang bekerja di sana.

“Kita berada di wilayah yang belum dipetakan. Kita berada di tengah sesuatu yang belum pernah kita hadapi,” ujar Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dalam konferensi pers, Jumat, 13 Maret lalu. “Saat ini saya tahu bahwa seluruh daftar pengetatan sangat ekstrem dan akan dipandang sangat ekstrem, tapi saya yakin hal itu pantas,” ucapnya seperti dikutip media Denmark, The Local.

Kebijakan itu keluar setelah Otoritas Kesehatan Denmark melaporkan 16 kasus baru Covid-19, yang membuat jumlah total kasus menjadi 801. Hingga 14 Maret lalu, negeri itu memiliki 804 kasus corona dengan dua pasien dalam kondisi kritis dan satu sudah pulih.

Suasana pertokoan di Kopenhagen setelah Pemerintah Denmark mengungumkan penyebaran virus corona, di Denmark, Reuters/Nikolaj Skydsgaard

Sementara itu, Irlandia dan Prancis adalah negara terakhir yang menutup sekolah dan universitas untuk mencegah laju penularan virus. Jumlah kasus corona di Irlandia melonjak dari 43 menjadi 70 pada 13 Maret lalu, saat negeri itu menyatakan satu pasien Covid-19 meninggal.

Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar mengumumkan sekolah dan fasilitas penitipan anak ditutup hingga 29 Maret mendatang. Kegiatan yang mengumpulkan massa lebih dari 500 orang ditangguhkan dan masyarakat diminta sebisa mungkin bekerja dari rumah. “Ini akan membuat perubahan dalam cara kita hidup dan saya tahu bahwa saya telah meminta rakyat melakukan pengorbanan besar,” tuturnya melalui siaran televisi.

Hingga 14 Maret lalu, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia mencapai 145.695. Sebanyak 5.436 pasien meninggal dan 72.550 sembuh. Data menunjukkan orang tua, terutama yang berusia 70 tahun ke atas, paling berisiko bila terjangkit virus corona.

Petrus Dori menyadari benar hal itu. “Rasa cemas akan tertular itu menghantui saya karena saya hidup di tengah komunitas yang besar dan menghirup udara yang sama, yang sedang terkontaminasi virus,” kata pastor 52 tahun tersebut. “Saya banyak berdoa untuk Italia dan dunia, untuk orang sakit dan untuk paramedis yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan bagi mereka yang sakit. Inilah sumbangan kecil pribadi saya dalam menanggulangi wabah yang sudah mendunia ini.”

IWAN KURNIAWAN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus