Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis atau TBC masih diklaim sebagai salah satu penyakit dengan kematian tertinggi setelah Covid-19. Bakteri TBC menyebar di udara ketika penderita batuk, bersin, bernapas, tertawa, atau meludah. Infeksi bisa menyebar ke otak, jantung, perut, kelenjar, tulang, dan sistem saraf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada periode kelam 1851-1910, penyakit menular ini telah membunuh lebih dari 4 juta orang. Sekarang, tingkat kematian hanya 6 persen berkat adanya antibiotik. Mereka yang berisiko tinggi terkena TBC adalah yang berkontak dengan penderita, bepergian ke wilayah yang banyak kasus TBC, kecanduan obat-obatan, tunawisma, punya imun lemah, dan narapidana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Batuk berkepanjangan disertai demam tak selalu disebabkan flu atau Covid-19. Batuk yang disertai dahak dan lebih dari tiga minggu bisa disebabkan berbagai hal, termasuk tuberkulosis. Berkonsultasilah dengan dokter bila merasa Anda berisiko tertular," kata Dr. Esther Robinson, kepala unit TB di UK Health Security Agency, dikutip The Sun.
Perhatikan gejala berikut
Pada 2022, sebanyak 7,5 juta orang didiagnosis TBC dan menjadi rekor tertinggi yang pernah terjadi. Berikut gejala TBC yang perlu diwaspadai:
-Batuk berkepanjangan lebih dari tiga minggu dan biasanya disertai dahak yang mengandung darah.
-Berat badan turun.
-Berkeringat saat malam.
-Demam atau temperatur tubuh tinggi.
-Lelah dan lesu.
-Tidak nafsu makan.
-Muncul bengkak yang tak hilang setelah beberapa minggu.