Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Tekan Angka Stunting dengan Gerakan Toilet Bersih

Sanitasi menjadi salah satu faktor yang bisa pengaruhi terjadinya masalah stunting.

28 Juli 2024 | 18.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Stunting, atau masalah kekurangan gizi pada anak, sering hanya dikaitkan dengan masalah asupan buah hati. Padahal, stunting pun ada kaitannya dengan masalah sanitasi. "Sebenarnya, akar masalah stunting itu justru soal sanitasi. Kebiasaan membangun karakter ini juga masih perlu dipahami masyarakat," kata Ketua Yayasan Cahaya Peduli Semesta Cashtry Meher kepada Tempo pada Rabu 24 Juli 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cashtry menekankan soal sanitasi di sekolah. Menurutnya, masalah kebersihan di sekolah masih sangat banyak. Beberapa masalah sanitasi adalah soal kamar mandi yang bau pesing, atau kurangnya petugas kebersihan sehingga upaya untuk menjaga kebersihannya tidak optimal. Lalu ada pula masalah pengairan serta piket kebersihan sekolah yang tidak disiplin. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hubungan sanitasi dalam hal stunting sangat dekat. Cashtry yang juga dokter spesialis kulit ini mengatakan sanitasi berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pola hidup sehat seseorang. 

Ketua Yayasan Cahaya Peduli Semesta Cashtry Meher (baju hitam)/Istimewa

Anak di sekolah yang tidak bisa mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat bisa terkena penyakit, salah satunya diare atau infeksi lainnya. Diare pun bisa terjadi secara berulang. Hal ini membuat anak itu mengalami imunitas yang rendah. Imunitas rendah karena tidak menjaga kebersihan bisa membuat kesehatan menurun. Ketika imunitas rendah dan terus terjadi hingga ia dewasa, dampaknya akan fatal. Apabila si anak yang sudah dewasa itu hamil, maka imunitas rendah pada ibu hamil bisa berisiko terkena banyak penyakit. Bayi yang dikandungnya bisa mengalami berat badan rendah, hingga kematian. "Bila kebiasaan hidup bersih dan sehat itu tidak dibiasakan sejak kecil, ketika anak sudah menjadi orang tua, hal itu akan berakibat pada buah hati yang sedang dikandung dan alami berat badan kurang hingga stunting," katanya. 

Cashtry mengatakan kesehatan adalah aspek penting dalam kehidupan setiap individu. Ia menilai bidang kesehatan ini mempunyai dampak yang besar tidak hanya kepada diri sendiri tetapi juga masyarakat luas. Untuk itu, salah satu yang ingin dia lakukan adalah menyadarkan masyarakat dalam menjaga kebersihan. "Bagaimana pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan. Dengan harapan dapat memberikan dampak positif terutama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045," kata Cashtry. 

Ia fokus pada edukasi masyarakat dalam program toilet bersih di sekolah dasar Jakarta serta mengedukasi kesehatan mental pada mahasiswa. Ia mengatakan masalah kebersihan toilet tidak hanya terjadi di daerah terpencil di Indonesia, namun juga di sekolah, Jakarta. Di sekolah, anak-anak belajar untuk menjaga kebersihan diri dan mencegah timbulnya penyakit. "Mengedukasi anak dalam menjaga kebersihan sejak dini bisa membentuk karakter yang tepat. Anak jadi bisa belajar tanggung jawab yang pastinya akan dibawa hingga dia dewasa dan punya anak," katanya. 

Cashtry menambahkan di sekolah lah, anak-anak belajar untuk menjaga kebersihan diri dan mencegah timbulnya penyakit. "Anak-anak menjadi lebih paham dan waspada terhadap kebersihan  juga melatih perilaku anak saat di toilet, bagaimana setelah buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Harus disiram sampai bersih, kemudian dikeringkan dengan tisu," katanya.

Ia berharap bahwa kegiatan edukasi itu bisa membuat kebiasaan baik pada anak. "Program Toilet Bersih Tingkat Sekolah Dasar ini diselenggarakan sekaligus juga dalam rangka memperingari Hari Anak Nasional 2024, karena tujuan program edukasi ini sejalan dengan tema Hari Anak 2024 yakni “Anak Terlindungi, Indonesia Maju,” kata Cashtry yang akan mengayomi 35 sekolah dasar neger di wilayah Jakarta Selatan. 

Dalam menanamkan kebiasaan dan tanggung jawab sanitasi di sekolah, Cashtry setuju bahwa penting untuk menggandeng guru dan juga petugas kebersihan sekolah serta orang tua untuk ikut memberikan perhatian lebih soal kebersihan toilet di sekolah. Menggandeng  berbagai elemen sekolah itu bisa menjadi contoh yang baik bagi anak di sekolah dasar. "Jadi para guru dan orang tua, serta petugas kebersihan sekolah itu tidak hanya memberikan perintah namun juga terlibat serta memberi contoh pada anak untuk menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat," katanya. 

Selain fokus soal Program Toilet Bersih Sekolah Dasar, Cashtry juga menyelenggarakan program Dikusi Kelompok Terarah (FGD) Bersama Perwakilan Universitas di Badan Eksekutif Mahasiswa dari 5 perguruan tinggi terkait bidang kesehatan. Ada 4 tema kesehatan soal keseharian mahasiswa yang akan dibahas. Pertama adalah Pengaruh Stres Akademik terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa, lalu ada tema Efektivitas Program Kesehatan Kampus dalam Meningkatkan Kesadaran Gizi di Kalangan Mahasiswa. Selanjutnya ada tema Pengaruh Media Sosial terhadap Tingkat Kecemasan dan Depresi, serta Hubungan Antara Keterlibatan dalam Olahraga dan Tingkat Kesejahteraan Emosional Mahasiswa.

Cashtry menilai penting untuk menanamkan isu kesehatan mental bagi para mahasiswa. Para wakil mahasiswa ini diharapkan bisa menyebarkan ilmu ini kepada para sejawatnya. Selain itu, mahasiswa dinilainya masih dalam musim 'pancaroba' dalam pembentukan mental. Kelompok ini masih dalam pembentukan jati diri masing-masing. Berbagai tantangan pun dialami mahasiswa, akhir-akhir ini seperti pergaulan bebas, narkoba, hingga hal negatif lainnya. "Perlu ada kesehatan mental yang ditanamkan di mahasiswa,sehingga bila mereka kesepian, mereka bisa diarahkan ke kegiatan yang positif. Harapannya pun mereka bisa terhindar dari gangguan mental dan kecemasan," katanya. 

Cashtry setuju saat ini isu tentang kesehatan mental sudah cukup banyak digaungkan para pihak dalam berbagai platform. Walau begitu, ia menilai pertemuan dan diskusi masih terus dibutuhkan agar para mahasiswa bisa lebih mamahami isu tersebut. "Kalau tidak ada interaksi dan pertemuan, kampanye kesehatan mental ini kurang efektif, apalagi bila hanya tersebar di media sosial. Masih banyak anak kita yang kurang membaca isu ini sehingga perlu terus kita arahkan," katanya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus