Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru-baru ini ditemukan. Hal ini diungkapkan mantan direktur eksekutif Human Rights Watch (HRW) Kenneth Roth kepada Al Jazeera pada Jumat 26 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roth, seorang profesor tamu di Universitas Princeton, mengatakan penyelidikan kuburan massal bisa dilakukan bahkan di tengah perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hal ini hanya membutuhkan kerja sama dari kedua belah pihak. Namun, Israel tidak ingin mengizinkan penyelidikan independen semacam ini,” kata Roth.
“Mereka hanya ingin menutup-nutupi masalah ini atau mereka akan mengatakan kami akan menyelidikinya sendiri,” katanya, seraya menambahkan bahwa proses seperti itu biasanya berakhir dengan tidak adanya pihak yang dimintai pertanggungjawaban oleh otoritas Israel.
PBB dan Uni Eropa telah menyerukan penyelidikan independen menyusul penemuan 392 mayat di kompleks rumah sakit di Kota Khan Younis di selatan Gaza, termasuk beberapa orang dengan tangan terikat, pakaiannya dilucuti, dan ditembak di kepala.
Sejumlah jasad lain juga terlihat masih mengenakan kateter di alat kelaminnya, diduga mereka adalah pasien yang dieksekusi. Ada pula jasad yang ditemukan masih menggunakan pakaian medis atau scrub.
Bahkan penyelidikan terbaru mengungkap, sekitar 20 jasad kemungkinan tewas karena dikubur hidup-hidup, termasuk anak-anak.
Amerika juga telah menyerukan dilakukannya penyelidikan, namun tidak menuntut agar penyelidikan tersebut dilakukan secara independen, kata Roth.
AL JAZEERA