Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina pada Sabtu, 9 Desember 2023, mengecam keras rencana untuk menyelenggarakan pemilihan presiden Rusia musim semi mendatang di wilayah pendudukan, menyatakan pemilihan itu "batal demi hukum" dan berjanji akan mengadili setiap pemantau yang dikirim untuk memantau pemilihan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Majelis tinggi Rusia menetapkan pemilihan presiden minggu ini pada Maret mendatang, dan ketuanya Valentina Matviyenko mengatakan penduduk di empat wilayah Ukraina yang diduduki akan dapat memilih untuk pertama kalinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rusia mengklaim telah mencaplok wilayah Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhya dan Kherson di timur dan selatan Ukraina selama referendum tahun lalu yang dianggap palsu oleh Kyiv dan Barat, namun tidak sepenuhnya mengendalikan salah satu wilayah tersebut.
Mereka juga merebut semenanjung Laut Hitam Krimea dari Ukraina pada 2014.
“Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk secara tegas mengutuk niat Rusia untuk menyelenggarakan pemilihan presiden di wilayah pendudukan Ukraina, dan menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang terlibat dalam organisasi dan tindakan mereka,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut juga memperingatkan negara-negara agar tidak mengirim pemantau ke “pemilihan palsu”, dan mengatakan bahwa pelanggar akan “menghadapi tanggung jawab pidana”.
“Pemilu apa pun di Rusia tidak ada hubungannya dengan demokrasi. Pemilu hanya berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan rezim Rusia tetap berkuasa,” kata kementerian itu.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Jumat bahwa dia akan mencalonkan diri sebagai presiden lagi, sebuah langkah yang diperkirakan akan membuatnya tetap berkuasa setidaknya hingga 2030.
REUTERS
Pilihan Editor: Anak-anak Narges Mohammadi Siap Tak Bertemu Ibu Mereka Lagi