Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, banyak negara yang tengah dilanda fenomena heat wave. Fenomena heat wave bahkan menelan banyak korban jiwa di negara India dan Myanmar. Suhu di sejumlah negara meningkat secara ekstrim melebihi 40 derajat celcius dan hal peristiwa tersebut terjadi hampir setiap hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Heat wave atau gelombang panas merupakan suatu periode cuaca panas ekstrem berkepanjangan berupa peningkatan suhu udara melebihi rata-rata yang terjadi tanpa jeda selama 5 hari maupun lebih. Fenomena ini dapat terjadi baik di darat maupun di laut. Jika heat wave terjadi, maka kelembaban udara juga akan mengalami peningkatan signifikan dalam waktu yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Heat wave umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi dan bisa terjadi di negara yang terletak di bagian utara maupun selatan bumi. Suatu negara dapat dikatakan mengalami fenomena heat wave apabila suhu maksimum mencapai suhu maksimum harian yang melebihi batas statistik dan rata-rata klimatologis.
Melansir dari artikel Universitas Bakrie, heat wave terjadi ketika suhu udara di suatu wilayah naik secara signifikan di atas rata-rata suhu normal untuk waktu yang relatif lama. Terdapat beberapa faktor yang memicu fenomena heat wave, antara lain:
1. Cuaca dan iklim
Iklim tentu menjadi salah satu aspek penting terhadap segala fenomena alam, salah satunya gelombang panas. Daerah yang cenderung memiliki iklim kering dan panas, seperti gurun atau wilayah tropis, lebih cenderung mengalami gelombang panas.
Namun, cuaca yang tidak biasa seperti pola angin atau tekanan atmosfer yang ekstrem juga dapat menyebabkan gelombang panas di wilayah yang sebelumnya tidak biasa mengalaminya. Selain itu, kombinasi panas dan kelembapan ekstrem juga mempengaruhi fenomena ini.
2. Radiasi
Faktor lain seperti pemanasan dari matahari juga dapat menyebabkan heat wave. Sinar matahari yang masuk ke bumi tentu akan diserap oleh tanah dan air yang akhirnya dapat menyebabkan suhu meningkat. Ketika sinar matahari dipantulkan kembali ke atmosfer, tentu suhu udara juga akan semakin meningkat.
3. Efek rumah kaca
Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan limbah industri yang menghasilkan berbagai jenis gas. Gas karbon dioksida, metana, dan oksida nitrogen yang dilepaskan kemudian ditangkap oleh atmosfer sehingga dapat meningkatkan suhu udara. Ketika suhu udara meningkat di seluruh dunia, kemungkinan terjadinya heat wave juga meningkat.
Seperti yang dilansir dari World Health Organization (WHO), dampak gelombang panas terhadap kesehatan bergantung pada intensitas dan durasi suhu, aklimatisasi dan adaptasi penduduk, serta infrastruktur dan kesiapsiagaan.
Paparan panas menyebabkan gejala yang parah, seperti kelelahan akibat panas dan sengatan panas – suatu kondisi yang menyebabkan pingsan, serta kulit kering dan hangat, karena ketidakmampuan tubuh mengendalikan suhu tinggi. Gejala lainnya meliputi pembengkakan pada tungkai bawah, ruam panas pada leher, kram, sakit kepala, mudah tersinggung, lesu, dan lemas. Panas dapat menyebabkan dehidrasi parah, kecelakaan serebrovaskular akut, dan berkontribusi terhadap trombogenesis (pembekuan darah).
Orang dengan penyakit kronis yang mengonsumsi obat setiap hari memiliki risiko komplikasi dan kematian yang lebih besar selama gelombang panas, begitu pula orang lanjut usia dan anak-anak. Reaksi terhadap panas tergantung pada kemampuan beradaptasi masing-masing orang dan dampak seriusnya bisa muncul secara tiba-tiba. Inilah sebabnya mengapa penting untuk memperhatikan peringatan dan rekomendasi dari otoritas setempat.