Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan punya kenangan manis dengan mendiang pedalang kondang Ki Manteb Sudarsono. Sosok yang terkenal dengan jargon “Pancen oye!” itu memberikan sebuah keris kepada Anies, dua bulan sebelum ia wafat. Momen pemberian keris tersebut diabadikan Anies dalam sebuah video dan dibagikan lewat postingan di media sosial Instagram @aniesbaswesan, Sabtu, 9 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kagem bapak, meniko mboten misro minamong wujud keris ngotenke mawon ngaturaken bapak, mugi-mugi dadoso srono, nggeh meniko katresnan paringi kekadangan,” kata Ki Manteb kepada Anies saat memberikan keris tersebut pada Sabtu, 25, April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya terima keris ini sebagai kehormatan dan Insya Allah dijaga. Begitu juga pesan agar wayang kulit tetap hidup & berkembang,” jawab Anies saat menerima keris dari almarhum Ki Manteb Sudarsono.
Siapa menyana, itu adalah obrolan terakhir Anies dengan Ki Manteb, 68 hari kemudian, 2 Juli 2021, Ki Manteb wafat. Anies mengunjungi kediaman Dalang Senior Ki Manteb di Karanganyar, Jawa Tengah, bersama Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia atau PEPADI Kondang Sutrisna, dan Ketua Paguyuban Seni Budaya Nusantara Yoga Mandira.
“Kami ngobrol banyak. Saat diskusi, beliau mengeluarkan sebilah keris dan cerita,” tulis Anies.
Menurut Anies, keris dalam falsafah Jawa adalah doa tak terucap dan tak tertulis. Sambil menempa, sang empu menghubungkan harapan pemesan dengan pencipta lewat doa. Keris yang diberikan Ki Manteb Sudarsono kepada Anies tersebut memiliki anatomi keris ini berbentuk tujuh lekukan. Dalam bahasa Jawa tujuh disebut Pitu yang memiliki makna Pitulungan atau pertolongan.
“Doa agar ditolong sang pencipta. Keris ini punya Kinatah berbentuk sulur di pangkal bilah. Artinya keris ini berjasa dalam peristiwa besar dan jadi lambang status sosial pemiliknya,” tulis Anies.
Keris yang diberikan Ki Manteb, menurut Anies, dasar penangguhannya adalah Keris Sepuh berdapur Carubuk era Mataram, campuran besi, baja & pamor atau batu meteor. “Istilahnya Ibu Bumi Bopo Angkoso, paduan unsur bumi & langit.” Keris ini juga memiliki tekstur Ganggang Kanyut atau ganggang hanyut terbawa air di sepanjang bilah keris, tekstur ini memiliki filosofi yaitu aliran tanpa hambatan.
“Tempaan para empu tak main-main presisinya tinggi. Keris stabil dan seimbang, bisa berdiri tanpa penyangga, hanya ditopang ujung runcing keris atau gagang kayu bulat melengkung. Warangka (sarung keris) dibuat dari sebidang kayu utuh tanpa sambungan,” terang Anies, menyebutkan keistimewaan keris tersebut.
Keris jenis ini, kata Anies, pernah ini dimiliki beberapa tokoh sejarah seperti Sultan Hadi Wijaya, pendiri Kerajaan Pajang (1549-1582) dikenal sebagai Joko Tingkir penakluk buaya di Sungai Kedung Srengenge. Keris ini dibawa Sunan Kalijaga saat bawa kayu untuk tiang Masjid Agung Demak lewat Sungai Kreo. “Dua pemilik keris yang dekat dengan elemen air,” kata Anies.
Menurut Anies, sebagai warisan leluhur, keris adalah pusaka hasil kerja keras, tekun, material berkualitas, dibuat dengan doa. Oleh sebab itu, keris merupakan mahakarya penuh filosofi dan tak lekang zaman.
Keris pemberian Ki Manteb Sudarsono itu sudah dilaporkan ke KPK, ditetapkan dalam SK No.1477/2021. “Kita doakan Alm. Ki Manteb Sudarsono dimuliakan di sisi Allah SWT. Insya Allah keris ini saya jaga, rawat dan simpan dengan baik sebagai bagian mencintai dan merawat budaya bangsa,” kata Anies Baswedan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID