Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima tokoh di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Senin siang ini, Senin, 7 November 2022. Gelar pahlawan nasional itu diterima oleh perwakilan keluarga para tokoh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari pantauan Tempo di Istana, sejumlah pejabat ikut menyaksikan proses pemberian anugerah itu. Mereka antara lain Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Wakapolri Komisaris Jenderal Gatot Eddy Pramono, Kepala KSP Moeldoko, Menteri Sosial Tri Risma Harini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu ada pula Menkopolhukam Mahfud Md, Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. "Selamat ya," ujar Jokowi saat menyapa perwakilan penerima penghargaan itu.
Adapun kelima tokoh yang ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional itu, adalah:
1. Dr. dr. HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter pribadi dari Presiden Soekarno. Soeharto juga mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang menjadi cikal bakal lahirnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di seluruh Indonesia.
2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paku Alam VIII merupakan mantan Wakil Gubernur DIY. Semasa hidup, dia dinilai memiliki jasa besar, terutama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat. Semasa hidup, Rubini ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan yang kerap terjadi di praktik bidan tradisional (dukun beranak). Rubini merupakan dokter lulusan STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau Sekolah Kedokteran Bumiputra) dan NIAS atau Nederlands Indische Artsen School (Surabaya),
4. H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara. Salahuddin adalah tokoh yang memimpin pergerakan melawan penjajah di wilayah Maluku Utara. Ia berkali-kali ditawan pihak Belanda dan dikurung lalu disiksa di penjara Sawahlunto, Nusakambangan hingga ke Boven Digul.
5. KH. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Sanusi merupakan pendiri dari Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan.
Ia kemudian mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Semasa hidup ia juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945.
M JULNIS FIRMANSYAH