Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam enam bulan terakhir, Sofia Tours and Travel enam kali mengantar pelancong Malaysia dan Thailand berpelesir di Jawa Timur. Tiap kali membawa wisatawan, pengelola Sofia, Edy Hafild, selalu mengajak para turis ke Jembatan Merah Plaza (JMP), Pusat Grosir Surabaya (PGS), dan Pasar Genteng. Mereka pun berbelanja dengan semangat membara hingga perlu berkali-kali menukar uang ke rupiah. Menurut Edy, para wisatawan tidak menyangka ada barang yang begitu bagus dengan harga murah. Saking kalapnya, mereka berbelanja habis-habisan. "Bahkan sebagian terpaksa meminjam uang dari teman untuk membayar airport tax."
Pasar-pasar yang dikunjungi turis itu adalah sebagian dari tempat berbelanja yang akan disasar sebagai tujuan wisata pasar yang diprogramkan Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Selain menyasar PGS, JMP, dan Pasar Genteng, Dinas memasukkan Pasar Pabean dan Pasar Ampel ke program yang akan dimulai tahun depan ini.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Surabaya Wiwiek Widayati, pasar adalah obyek yang menarik sebagaimana obyek wisata lain. "Dalam tiga-empat tahun terakhir ini Surabaya dikenal sebagai kota dagang, bukan lagi kota industri." Maka wisata pasar sesuai dengan karakter Surabaya. Pasar, kata Wiwiek, juga telah biasa dijadikan obyek wisata di negara-negara tetangga. Dan pasar-pasar di Surabaya memiliki karakter yang tak kalah menarik dari pasar-pasar di negeri tetangga itu.
Pasar Genteng, misalnya, sangat cocok untuk wisatawan yang memerlukan oleh-oleh khas Jawa Timur. "Saya selalu membawa mereka ke Pasar Genteng sebelum perjalanan ke Bandara Juanda. Mereka senang," ujar Edy. PGS dan JMP memikat turis lantaran harga pakaian yang ditawarkan terjangkau dan dengan model terbaru. "Ibu-ibu membeli busana muslim yang modelnya lebih baru dibanding di Malaysia. Bapak-bapak membeli baju batik dan sarung," tulis Ahmad Latif, rekan kerja Edy, melalui surat elektronik.
Meski berbelanja ke pasar bukan tujuan utama rombongan pelesir yang dipimpin Edy dan Latif, kunjungan ke PGS dan JMP sangat disenangi pelancong. Edy kerap diprotes wisatawan yang diantarnya bila tidak mengajak mereka ke arena jual-beli tersebut. "Mereka memprotes, seharusnya mereka diantar ke PGS dan JMP sebelum melihat obyek wisata," kata Edy.
Di Pasar Ampel, orang-orang yang berwisata religi juga menikmati barang-barang khas Timur Tengah, seperti kurma, makanan khas padang pasir, minyak wangi, dan perlengkapan ibadah. Mengunjungi Pasar Ampel biasanya sepaket dengan kunjungan ke Masjid Ampel, yang didirikan Sunan Ampel, penyebar Islam di Surabaya.
Akan halnya Pasar Pabean memiliki sejarah panjang. Pasar besar pertama di Surabaya ini sejak zaman Belanda dikenal sebagai pusat ikan segar dan bawang. Gedungnya termasuk bangunan cagar budaya. "Turis Eropa menikmati pemandangan bongkar-muat pada tengah malam," ujar Wiwiek.
Rencana Dinas Pariwisata itu mendapat dukungan dari Perusahaan Daerah Pasar Surya, pengelola sebagian besar pasar di Surabaya. Menurut Karyanto Wibowo, Kepala PD Pasar Surya, pihaknya berkomitmen mempertahankan sejumlah pasar tradisional yang sudah menjadi tetenger kota, seperti Pasar Pabean. "Bahkan beceknya akan dipertahankan karena menurut turis itu eksotis."
Demi sukses menjadikan pasar-pasar sebagai destinasi wisata, PD Pasar Surya akan merevitalisasi sejumlah tempat belanja itu. Tahun ini, dua-tiga pasar akan dirapikan dengan modal Rp 4 miliar. Revitalisasi tidak hanya sebatas memperbaiki gedung, tapi juga akan membuat pasar itu lebih rekreatif agar nyaman dan mendongkrak potensi wisata.
Endri Kurniawati, Agita Sukma Listyani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo