Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Larantuka - Suster Nikolin Pajo, seorang biarawati di Komunitas Hokeng, termasuk di antara korban tewas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, pada Senin dinihari, 4 November 2024. Material letusan gunung api itu menghantam kamar Suster Nikolin hingga menyebabkan kebakaran yang merenggut nyawanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keterangan yang ada menyebut material itu sebagai 'batu berapi'. Biara di Hokeng, desa di kaki Gunung Lewotobi Laki-laki, juga mengalami kerusakan parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demi keselamatan, para siswa SMP Sanctissima yang berada di sekitar biara segera dievakuasi ke Maumere. Mereka hanya membawa pakaian di badan karena harus meninggalkan tempat tinggal dengan cepat. Saat ini, para siswa, suster, dan staf berkumpul di area Kewa Pantai sambil menunggu bantuan.
"Kami berharap ini mengetuk hati para dermawan untuk membantu anak-anak kita yang sedang berada di pengungsian," ujar perwakilan Komunitas Hokeng.
Total hingga saat ini terdata 10 korban tewas akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki. Sebanyak enam di antaranya adalah satu keluarga yang tertimbun reruntuhan rumah di Desa Klatanlo, sekitar lima kilometer dari pusat erupsi.
Suasana desa yang terkena abu vulkanik dampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Wolorona, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, 9 Juli 2024. Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki sedang melonjak hingga statusnya kini, per Senin 4 November 2024, pukul 00.00 WITA, dinaikkan menjadi Awas. ANTARA FOTO/Mega Tokan
Terpisah, Badan Geologi telah menetapkan status gunung itu menjadi Awas per Senin, 4 November 2024, pukul 00.00 waktu setempat. Keputusan diambil setelah aktivitas gunung api itu terus meningkat, antara lain kolom abu letusannya yang belakangan mencapai tinggi 1.500-2.000 meter dari sebelum-sebelumnya yang 100-1.000 meter.
Sekitar dua jam setelah peringatan dini kenaikan status Awas tersebut, Gunung Lewotobi Laki-laki meletus lagi. Erupsi tercatat tepatnya pukul 02.48 WITA. Tinggi kolom abu letusan tidak teramati, namun letusan tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi lebih kurang 3 menit 5 detik.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Flores Timur Fredy Moat Aeng, korban tewas umumnya karena tertimpa batu berukuran besar dari puncak gunung dan menembus atap rumah warga. Dia mengatakan belum dapat dipastikan kerugian akibat kejadian tersebut karena para petugas masih fokus melakukan pencarian korban pada bangunan-bangunan yang rusak.