Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Sejarah Hari Buku Nasional yang Diperingati Tiap Tanggal 17 Mei

Perayaan Hari Buku Nasional bertepatan juga dengan berdirinya Perpustakaan Nasional RI yaitu pada 17 Mei 1980.

17 Mei 2024 | 17.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Buku Nasional, momen peringatan yang diperingati tiap tanggal 17 Mei di Indonesia. Hari ini didedikasikan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan mempromosikan pentingnya buku sebagai sumber pengetahuan dan jendela dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menumbuhkan rasa minat membaca buku merupakan salah satu hal yang penting. Peringatan ini juga untuk menghormati peran penting perpustakaan dan penerbitan buku dalam perkembangan pendidikan dan budaya Indonesia. 

Sejarah Hari Buku Nasional

Dikutip dari laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkal Pinang, Hari Buku Nasional Indonesia atau Harbuknas merupakan peringatan tahunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat terhadap budaya membaca buku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Yogyakarta, perayaan Harbuknas bertepatan juga dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu pada 17 Mei 1980. Harbuknas pertama kali digagas oleh Menteri Pendidikan, Abdul Mailik Fadjar yang menjabat di era Kabinet Gotong-Royong (2001-2004).

Harbuknas pertama kali diperingati pada 2002 oleh Abdul Malik Fadjar. Peringatan Harbuknas dilatarbelakangi oleh rendahnya angka melek huruf dan penjualan buku Indonesia saat itu. Menurut data UNESCO tahun 2002, angka melek huruf orang Indonesia dewasa atau penduduk berusia 15 tahun ke atas hanya 87,9 persen.

Angka ini lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen) dan Thailand (92,6 persen). Selain itu, Indonesia hanya mampu mencetak rata-rata 18.000 buku per tahun, jauh di bawah Jepang (40.000 judul) dan Cina (140.000 judul).

Abdul Malik Fadjar mengetahui bahwa membaca buku adalah salah satu cara untuk memperluas pengetahuan seseorang dan tetap up to date dengan perkembangan dunia modern.

Ia mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih memikirkan membaca buku dan mengembangkan literasi sebagai modal dasar pembangunan negara. Ia pun berharap Hari Buku Nasional dapat memberikan dorongan untuk merevitalisasi industri buku nasional yang saat itu tertinggal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus