Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Seorang warga Indonesia terpapar virus corona di Singapura.
Kedutaan belum bisa berkomunikasi dengan perempuan tersebut karena terganjal aturan privasi.
Mewabahnya virus Wuhan membuat TKI ditolak pulang oleh keluarganya.
KABAR buruk itu sampai ke telinga I Gde Ngurah Swajaya pada Senin, 3 Februari lalu. Melalui telepon seluler, Duta Besar Indonesia untuk Singapura itu mendapat informasi dari seorang pejabat kementerian kesehatan setempat bahwa seorang warga Indonesia terpapar virus corona. Warga itu diisolasi di Singapore General Hospital. “Saya langsung memerintahkan staf untuk mengecek,” ujar Swajaya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 6 Februari lalu.
Menurut dia, anggota staf kedutaan tidak bisa bertemu dengan pasien yang dirawat di rumah sakit di Jalan Outram tersebut. Sebab, Singapura memberlakukan hukum perlindungan data pribadi. Tanpa persetujuan pasien, identitas tidak akan diberikan kepada siapa pun. Anggota staf kedutaan itu hanya meninggalkan nomor telepon dia dan Swajaya agar bisa dihubungi jika pasien asal Indonesia itu membutuhkan bantuan.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan tidak ada kontak dari pasien perempuan berusia 44 tahun itu hingga Jumat, 7 Februari lalu. “Tapi kondisinya makin stabil,” ujarnya. Adapun Presiden Joko Widodo menyerahkan persoalan tersebut kepada otoritas Singapura dan Kedutaan Besar Indonesia. “Biar dirampungkan oleh Singapura lebih dulu,” katanya, Rabu, 5 Februari lalu.
Warga negara Indonesia itu tercatat sebagai orang ke-21 yang positif terjangkit virus corona. Hingga 7 Februari lalu, Singapura mencatat 33 orang terjangkit virus tersebut dan 11 di antaranya warga lokal. Situs pemerintah Singapura, moh.gov.sg, menyebutkan pasien asal Indonesia itu bekerja di salah satu rumah di Jalan Bukit Merah, sekitar 4,2 kilometer dari Jalan Orchard.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan laporan pemerintah Singapura, pasien itu tidak pernah bepergian ke Cina. “Dia tidak pernah keluar dari rumah itu dan terpapar dari majikannya.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Ahad, 2 Februari lalu, perempuan tersebut demam dan tenggorokannya sakit. Ia langsung dilarikan ke unit gawat darurat Singapore General Hospital. Belakangan, tim kedokteran mendiagnosisnya terkena corona. Menurut Swajaya, berdasarkan laporan pemerintah Singapura, pasien itu tidak pernah bepergian ke Cina. “Dia tidak pernah keluar dari rumah itu dan terpapar dari majikannya,” ujar Swajaya.
Majikan itu bekerja di toko produk kesehatan, Yong Thai Hang, di Jalan Cavan. Toko tersebut kerap didatangi wisatawan Cina yang pelesiran ke Singapura. Pada 29 Januari lalu, perempuan 29 tahun itu merasakan sakit di tenggorokan dan badannya demam. Ia berobat ke Rumah Sakit Tan Tock Seng dan menjalani roentgen paru-paru. Hasilnya adalah negatif dari gejala pneumonia.
Lantaran tak sembuh, perempuan itu berobat ke Singapore General Hospital. Pada 3 Januari lalu, dia dinyatakan positif terkena virus corona. Swajaya mengatakan majikan laki-laki dan pemandu wisata yang datang ke toko produk kesehatan Yong Thai Hang terjangkit virus yang sama. “Kami sudah mengimbau kepada setiap WNI di Singapura untuk menggunakan masker dan menjaga kesehatan serta tetap tenang,” ujarnya.
Alissa—bukan nama sebenarnya—yang menjadi tenaga kerja Indonesia di Singapura, mengatakan, akibat dari merebaknya virus corona, banyak majikan meminta pekerja Indonesia tetap tinggal di rumah. “Yang biasanya bawa anak bos ke mal tiap pekan, kini, jadi di rumah saja,” ujar perempuan asal Jawa Timur itu.
Menurut perempuan 31 tahun ini, virus Wuhan juga menimbulkan stigma terhadap tenaga kerja Indonesia. Dia bercerita, ada temannya yang ingin kembali ke Tanah Air, tapi ditolak keluarganya karena takut tertular. “Diminta tidak pulang sampai wabah ini mereda,” ujarnya.
HUSSEIN ABRI DONGORAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo