Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak bulan Juli lalu, tak sedikit nasabah pemegang polis PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 turun ke jalan menuntut pencairan klaim yang menjadi hak mereka. Sebagian besar dari mereka yang merupakan orang tua ini berharap uang tersebut segera cair untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Bumiputera diketahui memiliki tunggakan klaim senilai Rp 5,3 triliun saat memasuki 2020. Jumlah tersebut diperkirakan akan menggelembung hingga Rp 9,6 triliun pada akhir tahun ini, dengan catatan perkiraan itu belum memperhitungkan dampak pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Per Juli 2020, sejumlah pemegang polis Bumiputera melakukan aksi di Gedung DPR, Jakarta. Di sana, mereka sempat duduk bersama anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai PKS Anis Byarwati.
"Selama 17 tahun jadi pemegang polis saya rasa kita tertib membayar. Tidak ada yang lalai, karena kami membangun mimpi buat anak anak kami," ujar Muslimatun, 45 tahun, dalam rapat bersama anggota Komisi XI DPR RI, Jakarta, 29 Juli 2020.
Saat ini, ada banyak pemegang polis yang berstatus habis kontrak (HK), penebusan, meninggal dunia dan Dana Kelangsungan Belajar (DKB). Mereka sudah mengajukan klaim, tapi tidak ada kepastian kapan polisnya dibayar.
Para pemegang polis menyebut manajemen AJB Bumiputera selalu menghindari komunikasi dan menutup pintu dialog, termasuk Badan Perwakilan Anggota (BPA). Padahal banyak pemegang polis berharap polisnya segera dibayar.
Uang klaim ini, akan digunakan para pemegang polis untuk biaya masuk sekolah atau perguruan tinggi anak-anak. Sebab, sebagian besar polis yang dimiliki adalah asuransi pendidikan seperti produk Asuransi Beasiswa Terencana.
Pada 25 Agustus 2020, kisah pilu lain diceritakan oleh Risa Pribadi, 42 tahun. Ia kelimpungan ketika anaknya harus masuk sekolah menengah pertama (SMP). Tapi klaim asuransi Bumiputera yang seharusnya cair pada 2018 hingga kini tidak menemukan titik terang.
“Kan itu sesuai pendidikan anak, jadi waktu anak mau masuk SMP saya pontang-panting cari (pinjam) uang,” tutur Risa, Selasa, 25 Agustus 2020.
Ada juga Idaman yang bingung karena anak-anaknya tidak bisa melanjutkan kuliah akibat klaim asuransinya tertahan. “Sampai sekarang enggak cair-cair, anak-anak nganggur di rumah enggak bisa kuliah,” ucapnya.
Pada hari ini, setelah turun ke DPR, kini para orangtua ini mendatangi langsung Kantor Pusat Bumiputera di Jakarta. Sebanyak 60-an orang datang melakukan demo dan aksi damai di trotoar di depan Bumiputera.
Mereka berorasi di pinggir Jalan Protokol Sudirman tersebut. Spanduk dibentangkan dan mereka saling berteriak, "Balikin uang kami!"
Suta, 45 tahun, berharap klaim ini segera cair karena tahun depan, putrinya akan masuk ke bangku kuliah. "Totalnya Rp 20 juta," kata dia saat ditemui di lokasi demo.
Secercah harapan terbit ketika Direktur Utama Bumiputera, Faizal Karim akhirnya bersedia menemui lima orang perwakilan pemegang polis. Bertemu di lantai 5 Gedung Bumiputera, perwakilan pemegang polis, Fien Mangiri, menyerahkan daftar 284 nama pemegang polis di kelompoknya yang menunggu pembayaran klaim.
Total klaimnya mencapai Rp 9 miliar. Dalam pertemuan, Fien menyebut Faizal berkomitmen untuk membayar klaim yang tertunda ini November 2020. Sumbernya dari dana cadangan perusahaan yang sebesar Rp 100 miliar. "Kami doakan semoga apa yang mereka janjikan terwujud," kata dia.